SELAMAT DATANG DI RUMAH PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) CABANG LOMBOK TIMUR

Rabu, 03 Desember 2008

KONFERCAB V PC. PMII LOTIM

KONFERCAB V PC. PMII LOTIM dilaksanakan di Aula KNPI dari tanggal 4 s.d 5 Desember 2008.konfercab tahun ini mengambil tema, "mengukuhkan triologi gerakan membangun integritas, mengembangkan sayap opisisi". pada acara pembukaan konfercab yang dhadiri oleh sekitar 50 kader dan tamu undangan yang berasal dari beberapa organ kemahasiswaan antara lain, FMN,KAMMI,OSISTALA. yang hadir pada acara konfercab tersebut.
dalam sambutan Mabincab Cabang PMII LOTIM.Mastur sansoka, S.Psi menyampaikan bahwa apa yang akan di hadapi oleh pengurus PMII berikutnya akan lebih komplek, terkait dengan pergulatan politik yang terjadi pada musim itu.sehingga di butuhkan kader yang sadar ruang, sadar jarak, dan tahu waktu untuk menghadapi kondisi tersebut.



Baca selengkapnya >>

Senin, 01 Desember 2008

Suatu Hari Nanti, Kami tidak akan menyesalimu.

Setiap pagi aku terbangun dengan rasa riang karena akan segera pergi ke sekolah. Sekolah bagiku adalah sebuah dunia yang luar biasa, di mana di sekolah dipertemukan dunia yang selalu baru (karena dibawa oleh murid-murid ke sekolah) dengan sebuah dunia dari masa lalu para guru (yang kadang ada yang usang hingga tidak berguna, namun masih dibangga-banggakan sebagai yang terbaik juga).

Bertemu dengan makhluk dari masa depan, dengan pikiran yang melayang terlalu jauh ke depan, bagiku yang termasuk salah satu dari bayang-bayang masa lalu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Mencoba memahami tindakan, pikiran, dan cita-cita mereka adalah sebuah persetubuhan yang tak kan mampu dijelaskan dengan buku-buku teori manapun (karena, semua buku teori itu dibuat di masa lalu). Dan bergaul dengan mereka, menikmati kesedihan yang mereka tuangkan, keceriaan yang mereka sebarkan, mereguk keberhasilan yang mereka ambil dari udara, adalah sebuah orgasme jiwa yang takkan kau dapatkan di pasar, di mall-mall, atau pusat-pusat rekreasi termodern sekalipun. Inilah hal yang selalu membuatku bergairah ke pusat pertemuan yang dinamakan sekolah.

Datang lebih dulu dari siswa, berdiri mengamati mereka datang satu per satu atau bergerombol, dengan wajah manis, senyum lebar, tawa lepas, dan bau harum, aku membayangkan bahwa mereka pasti akan bahagia sekali hari ini. Mereguk ilmu dari para guru yang sakti dengan ilmu-ilmu yang mumpuni.

Tapi sayang, orgasme ku terganggu dengan pikiran baru.
Sekolah yang menjadi tempat mereka untuk berpikir dan belajar, ternyata tidak mengajarkan mereka cara berpikir dan cara belajar. Hei...apakah itu dilupakan oleh para guru yang sakti itu? Atau memang begitulah ilmu itu diturunkan dari kakek guru, buyut guru, dan nenek moyang guru? Dengan ilmu laduni, tanpa belajar, tiba-tiba nanti akan datang kesadaran bahwa belajar otomatis bisa, berpikir otomatis mumpuni?
Pusing aku.

Mungkin bukan itu, kalau mereka pintar berpikir, nanti mereka temukan ilmu baru yang belum dikuasai sang guru. Nanti bisa-bisa, guru kalah dalam pertempuran logika. Ah..atau ada yang lain? Kalau siswa diajarkan cara belajar yang manjur, jangan-jangan setelah mereka sakti, belajar itu menjadi terlalu mudah dan menyenangkan bagi mereka. Takutnya, mereka jadi keranjingan belajar sehingga tahu dan menguasai lebih banyak ilmu dari guru mereka yang sudah tidak mau belajar lagi. Kalau murid lebih banyak tahu dari guru, khawatirnya, murid jadi adigung-adiguna, merusak tatanan dan merendahkan para guru. Guru, gitu lho? Masak ya? ada murid yang mau merendahkan guru karena si murid ilmunya banyak?

Tapi, denger-denger ada juga siswa yang terisak karena tidak bisa mengekspresikan potensi diri secara maksimal di sekolah karena sekolah hanya mempersiapkan mereka lulus Ujian Nasional. Weleh, weleh, gawat.

Tetapi memikirkan itu bisa membuatku ejakulasi prematur. Impotent dan tidak berguna. Lebih baik aku sembunyi saja di lab, dan persetan dengan itu semua.
Aku tidak mau memikirkan itu lagi, karena aku takut sampai pada kesimpulan bahwa sekolah tidak berguna dan kemudian kami akan menyesalimu.SUMBER GURRIDHO






Baca selengkapnya >>

Kamis, 06 November 2008

Mahasiswa Berbanjiran Memilih PMII sebagai Kampus ke- dua


Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia Komisariat IAIH Hamzanwadi Pancor akan me MAPABA 100 Mahasiswa untuk tahap pertama dari tanggal 7 s.d 9 November 2008 PONPES DANGER MASBAGEK.setelah Komisariat STKIP me MAPABA mahasiswa sebanyal 150 di PONPES RIYADUL FALAH Aik Prape 31-3 November 2008. Mahasiswa STKIP dan IAIH berbanjiran mendaftar di Panitia bahkan sampai membuatkan kloter untuk semua mahasiswa yang sudah mendaftar.Kenapa Mahasiswa memilih PMII? hasil wawancara dari 90% mahasiswa mengatakan karena sahabat anggota PMII yang ada di kampus Vocal dan Kritis sehingga ini yang membuat saya masuk PMII ungkap salah seorang peserta (Irfan) dan alasan yang lain. terlepasa dari itu semua PMII memang selalu tajam analis melihat kesempatan dan peluang yang ada dikampus sehingga selalu menjadi sorotan organ lainnya.



Baca selengkapnya >>

Selasa, 04 November 2008

The New Minarate Corps

The New Minarate Corps

Bocah bocah gerakan yang terlahir dari desa terpencil dikawasan Taman Nasional Gunung Rinjani \ National Park of Rinjani Mountain ( TNGR ). Tepatnya di pondok pesantren Riadhul Falah, Aik Perape Aikmel Lombok Timur. Mereka adalah kaum terdidik dengan semangat trilogy gerakan, Intelektual, keislaman ( Aswaja ) dan Visi besar Kebangsaan Indonesia. The New Minarate terambil dari nama sebuah jurnal berpengaruh di Perancis, awal kebangkitan Kiri Islam, kebangkitan para revolusioner muslim ! satu gerakan dari mata rantai pergulatan gerakan pemikiran, ideology.
The New Minarate coprs adalah kader kader PMII Komisariat STKIP Hamzanwadi Selong, jumlah mereka 119 orang. Nama tersebut diberikan pada tanggal 2 November 2008, malam senin oleh Ketua Umum Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sahabat Ida Bagus Dzulkarnain. “ dulu di Mesir ada gerakan pembaharuan, pengaruhnya begitu dahsyat dalam dunia islam dan menghentakkan dunia barat, gemanya lebih dahsyat lagi, ketika Alyasar Alislamy tertulis dalam The New Mianarate !” karena itu angkatan MAPABA kali ini saya berikan nama The New Minarate”, karena saya mengharapkan kalianlah “suluh pemikiran masa depan !”. penggalan pidato Ketum PMII Lombok Timur 2007 – 2008.
Sejarah besar hanya bisa diciptakan dan dimiliki oleh generasi pemenang, Kalianlah generasi pemenang itu !



Baca selengkapnya >>

Minggu, 26 Oktober 2008

KNPI Gelar Kongres Mulai 28 Oktober


sumber (GP-Ansor): Sekretaris Jenderal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Munawar Fuad menegaskan bahwa KNPI tidak pecah, bahkan organisasi tempat berhimpunnya sekitar 80 organisasi kepemudaan (OKP) itu sepakat menggelar Kongres Pemuda ke-XII pada 28 Oktober hingga 2 November mendatang di Bali.

“Tidak benar KNPI pecah, yang ada hanya serpihan. Tidak benar KNPI retak dan mau bubar. Perbedaan pendapat adalah hal biasa dalam suatu demokrasi terbuka, silakan orang bicara. Ini proses yang sedang berjalan,” kata Munawar Fuad di Jakarta, Jumat.

Menurut mantan Sekjen PP GP Ansor ini, keputusan menggelar Kongres KNPI di Bali merupakan keputusan DPP KNPI untuk mengembalikan “khittah” Kongres pada momentum kebangkitan pemuda (Hari Sumpah Pemuda) 28 Oktober.

Rencananya, Kongres Pemuda ke-XII di Bali yang akan diikuti sekitar 1.500 peserta itu akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan akan ditutup Wapres Jusuf Kalla.

Kongres itu, katanya, disebut konstitusional dan “legitimate” karena sudah didukung 90 persen OKP yang berhimpun dalam wadah KNPI, serta didukung oleh 28 DPD KNPI se-Indonesia dalam pertemuan komunikasi beberapa waktu lalu di Banten.

Munawar Fuad yang bersama pelaksana tugas (plt) Ketua Umum Hans Silalahi menjadi penanggung jawab Kongres juga mengaku telah mendapat dukungan dari sepuluh menteri Kabinet Indonesia Bersatu untuk menyelenggarakan acara tersebut.

“Panglima TNI juga akan menerima kami (panitia Kongres) dan pihak kepolisian juga menyatakan hanya memberi izin pada kongres yang kami laksanakan ini,” tegasnya.

Karena itu, lanjutnya, jika ada pihak yang ingin menyelenggarakan Kongres Pemuda pada 25-28 Oktober 2008, kemungkinan tidak akan terjadi karena Presiden Yudhoyono pada saat yang sama menurut jadwal masih berada di China.

“Kita mohon doa restu dan dukungan pemuda Indonesia untuk menjadikan Kongres sebagai momentum bersatunya pemuda, dengan tema ‘Pemuda Indonesia Bangkit Bersatu’,” katanya.

Dalam Kongres tersebut, kata Munawar, pihaknya akan memberikan kesempatan kepada Ketua Umum Hasanudin Yusuf untuk menyampaikan laporan pertanggungjawabannya karena Hasanudin terpilih melalui Kongres dan harus mengakhirinya di Kongres juga.

Sebelumnya, pada 23-25 Juli 2008 di Pekanbaru, Riau, telah dilaksanakan Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) KNPI yang menghasilkan sepuluh keputusan yang salah satunya menghendaki adanya penonaktifan Ketua Umum KNPI Hasanudin Yusuf karena telah mendirikan Partai Pemuda Indonesia (PPI) dan berkonsentrasi di parpol tersebut.

Selanjutnya, Forum menunjuk Hans Silalahi selaku plt Ketua Umum KNPI. Pihak Hasanudin Yusuf kemudian mengklaim bahwa penunjukan itu tidak sah dan berencana menggelar Kongres Pemuda ke-XII KNPI pada 25-28 Oktober 2008 di Bali.

Munawar Fuad membantah adanya tudingan bahwa Hans Silalahi telah melakukan kudeta dan ingin menguasai organisasi.

“Hans bersikap independen dan tidak akan maju sebagai ketua umum. Hans tidak bersedia dicalonkan menjadi ketua umum dalam Kongres di Bali mendatang,” kata Munawar Fuad yang akan maju dalam Kongres di Bali menjadi salah satu kandidat Ketua Umum KNPI menggantikan Hasanudin Yusuf.

Ia menambahkan, FKPPI sebagai OKP tempat asal Hasanudin Yusuf telah menegaskan bahwa FKPPI tidak akan mencalonkan wakilnya untuk bertarung memperebutkan kursi ketua umum KNPI mendatang.

Lembaga Independen

Dalam politik praktis, menurut Munawar Fuad, KNPI ke depan harus tegak berdiri sebagai lembaga yang independen, sesuai dengan “khittah” semula.

“Kita harapkan ketua umum KNPI terpilih adalah ketua umum yang independen, agar bisa menjaga persatuan organisasi,” katanya.

Pekerjaan Rumah (PR) bagi Ketua Umum KNPI mendatang, lanjutnya, adalah melakukan rekonsiliasi internal untuk memperkokoh kesatuan organisasi dan kemudian mengawal proses demokrasi ke depan.

Ketika ditanya kemungkinan adanya KNPI tandingan, Munawar berharap hal itu tidak akan terjadi meski kemungkinannya tetap ada. Namun, Munawar yakin KNPI akan tetap satu melalui penyelenggaraan Kongres Pemuda di Bali, 28 Oktober-2 November 2008.

“Tetapi proses rekonsiliasi harus jadi PR dan komitmen bersama. Insyaallah kalau saya terpilih sebagai Ketua Umum, saya akan melakukannya. Dari sekarang pun sudah kita mulai, sudah kita ajak untuk bersatu kembali,” katanya. (ant)
Baca selengkapnya >>

Rabu, 22 Oktober 2008

Catatan Bahasa Untuk Bangsa

Masih banyak yang belum tahu, kalau bulan ini adalah bulan Bahasa, bahkan da yang tahu tapi sudah lupa karena kita sering kali tidak pernah mengingat mmoment-moment yang penting bagai bangsa kita, karena kita lebih menghapal kondangan-kondangan yang numpuk dimeja kita. kalau saja para guru disekolah ingat bulan ini sebagai bulan bahasa maka dalam satu bulan ini bisa di buatkan program dengan pengayaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.kalau saja bulan ini dimanfaatkan untuk sekolah-sekolah bukan hanya pembinaan bahasanya yang benar tetapi ghiroh patriotisme anak-anak kita bisa ditingkatkan dengan memulai dari bahasa sebagai komsumsi primer bagi mereka setiap hari, bukankah ini suatu pendekatan yang sangat baik diterapkan oleh sekolah-sekolah.
Setidaknya ada tiga agenda penting yang perlu segera digarap. Pertama, menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa secara baik dan benar. Media televisi yang demikian akrab dengan dunia anak harus mampu memberikan keteladanan dalam hal penggunaan bahasa, bukannya malah melakukan ”perusakan” bahasa melalui ejaan, kosakata, maupun sintaksis seperti yang selama ini kita saksikan. Demikian juga fasilitas publik lain yang akrab dengan dunia anak, harus mampu menciptakan iklim berbahasa yang kondusif; mampu menjadi media alternatif dan ”patron” berbahasa setelah orang tua dinilai gagal dalam memberikan keteladanan.
Kedua, menyediakan buku yang ”bergizi”, sehat, mendidik, dan mencerahkan bagi dunia anak. Buku-buku yang disediakan tidak cukup hanya terjaga bobot isinya, tetapi juga harus betul-betul teruji penggunaan bahasanya sehingga mampu memberikan ”vitamin” yang baik ke dalam ruang batin anak. Perpustakaan sekolah perlu dihidupkan dan dilengkapi dengan buku-buku bermutu, bukan buku ”kelas dua” yang sudah tergolong basi dan ketinggalan zaman. Pusat Perbukuan Nasional (Pusbuk) yang selama ini menjadi ”pemasok” utama buku anak-anak diharapkan benar-benar cermat dan teliti dalam menyunting dan menganalisis buku dari aspek kebahasaan.

Ketiga, menjadikan sekolah sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia. Sebagai institusi pendidikan, sekolah dinilai merupakan ruang yang tepat untuk melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Di sanalah jutaan anak bangsa memburu ilmu. Bahasa Indonesia jelas akan menjadi sebuah kebanggaan dan kecintaan apabila anak-anak di sekolah gencar dibina, dilatih, dan dibimbing secara serius dan intensif sejak dini. Bukan menjadikan mereka sebagai ahli atau pakar bahasa, melainkan bagaimana mereka mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Tentu saja, hal ini membutuhkan kesiapan fasilitas kebahasaan yang memadai di bawah bimbingan guru yang profesional dan mumpuni.
Dengan menjadikan sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa, kelak diharapkan generasi bangsa yang lahir dari ”rahim” sekolah benar-benar akan memiliki kesetiaan, kebanggaan, dan kecintaan yang tinggi terhadap bahasa negerinya sendiri, tidak mudah larut dan tenggelam ke dalam kubangan budaya global yang kurang sesuai dengan jatidiri dan kepribadian bangsa. Bahkan, bukan mustahil kelak mereka mampu menjadi ”pionir” yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Iptek yang berwibawa dan komunikatif di tengah kancah percanturan global, tanpa harus kehilangan kesejatian dirinya sebagai bangsa yang tinggi tingkat peradaban dan budayanya.
Dalam lingkup yang lebih kecil, melalui penguasaan bahasa Indonesia secara baik, mereka akan mampu menjadi ”penasfir” dan ”penerjemah” pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu sehingga mampu menjadi sosok yang cerdas, bermoral, beradab, dan berbudaya. Persoalannya sekarang, sudah siapkah sekolah dijadikan sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia? Sudahkah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah berlangsung seperti yang diharapkan? Sudah terciptakah atmosfer pengajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga mampu menarik dan memikat minat siswa untuk belajar bahasa Indonesia secara total dan intens




Baca selengkapnya >>

Senin, 22 September 2008

Gubernur NTB BARU

PENGURUS CABANG
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) CABANG LOMBOK TIMUR
MENGUCAPKAN SELAMAT KEPADA BAPAK TUAN GURU BAJANG TGH. ZAINUL MAJDI MA & Drs. H. BADRUL MUNIR, MM
SEBAGAI GUBERNUR NTB PERIODE 2008-2013



Baca selengkapnya >>

Senin, 08 September 2008

Suatu Hari Nanti, Kami tidak akan menyesalimu.

Setiap pagi aku terbangun dengan rasa riang karena akan segera pergi ke sekolah. Sekolah bagiku adalah sebuah dunia yang luar biasa, di mana di sekolah dipertemukan dunia yang selalu baru (karena dibawa oleh murid-murid ke sekolah) dengan sebuah dunia dari masa lalu para guru (yang kadang ada yang usang hingga tidak berguna, namun masih dibangga-banggakan sebagai yang terbaik juga).

Bertemu dengan makhluk dari masa depan, dengan pikiran yang melayang terlalu jauh ke depan, bagiku yang termasuk salah satu dari bayang-bayang masa lalu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Mencoba memahami tindakan, pikiran, dan cita-cita mereka adalah sebuah persetubuhan yang tak kan mampu dijelaskan dengan buku-buku teori manapun (karena, semua buku teori itu dibuat di masa lalu). Dan bergaul dengan mereka, menikmati kesedihan yang mereka tuangkan, keceriaan yang mereka sebarkan, mereguk keberhasilan yang mereka ambil dari udara, adalah sebuah orgasme jiwa yang takkan kau dapatkan di pasar, di mall-mall, atau pusat-pusat rekreasi termodern sekalipun. Inilah hal yang selalu membuatku bergairah ke pusat pertemuan yang dinamakan sekolah.

Datang lebih dulu dari siswa, berdiri mengamati mereka datang satu per satu atau bergerombol, dengan wajah manis, senyum lebar, tawa lepas, dan bau harum, aku membayangkan bahwa mereka pasti akan bahagia sekali hari ini. Mereguk ilmu dari para guru yang sakti dengan ilmu-ilmu yang mumpuni.

Tapi sayang, orgasme ku terganggu dengan pikiran baru.
Sekolah yang menjadi tempat mereka untuk berpikir dan belajar, ternyata tidak mengajarkan mereka cara berpikir dan cara belajar. Hei...apakah itu dilupakan oleh para guru yang sakti itu? Atau memang begitulah ilmu itu diturunkan dari kakek guru, buyut guru, dan nenek moyang guru? Dengan ilmu laduni, tanpa belajar, tiba-tiba nanti akan datang kesadaran bahwa belajar otomatis bisa, berpikir otomatis mumpuni?
Pusing aku.


Mungkin bukan itu, kalau mereka pintar berpikir, nanti mereka temukan ilmu baru yang belum dikuasai sang guru. Nanti bisa-bisa, guru kalah dalam pertempuran logika. Ah..atau ada yang lain? Kalau siswa diajarkan cara belajar yang manjur, jangan-jangan setelah mereka sakti, belajar itu menjadi terlalu mudah dan menyenangkan bagi mereka. Takutnya, mereka jadi keranjingan belajar sehingga tahu dan menguasai lebih banyak ilmu dari guru mereka yang sudah tidak mau belajar lagi. Kalau murid lebih banyak tahu dari guru, khawatirnya, murid jadi adigung-adiguna, merusak tatanan dan merendahkan para guru. Guru, gitu lho? Masak ya? ada murid yang mau merendahkan guru karena si murid ilmunya banyak?

Tapi, denger-denger ada juga siswa yang terisak karena tidak bisa mengekspresikan potensi diri secara maksimal di sekolah karena sekolah hanya mempersiapkan mereka lulus Ujian Nasional. Weleh, weleh, gawat.

Tetapi memikirkan itu bisa membuatku ejakulasi prematur. Impotent dan tidak berguna. Lebih baik aku sembunyi saja di lab, dan persetan dengan itu semua.
Aku tidak mau memikirkan itu lagi, karena aku takut sampai pada kesimpulan bahwa sekolah tidak berguna dan kemudian kami akan menyesalimu.SUMBER GURRIDHO



Baca selengkapnya >>

Suatu Hari Nanti, Kami tidak akan menyesalimu.

Setiap pagi aku terbangun dengan rasa riang karena akan segera pergi ke sekolah. Sekolah bagiku adalah sebuah dunia yang luar biasa, di mana di sekolah dipertemukan dunia yang selalu baru (karena dibawa oleh murid-murid ke sekolah) dengan sebuah dunia dari masa lalu para guru (yang kadang ada yang usang hingga tidak berguna, namun masih dibangga-banggakan sebagai yang terbaik juga).

Bertemu dengan makhluk dari masa depan, dengan pikiran yang melayang terlalu jauh ke depan, bagiku yang termasuk salah satu dari bayang-bayang masa lalu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Mencoba memahami tindakan, pikiran, dan cita-cita mereka adalah sebuah persetubuhan yang tak kan mampu dijelaskan dengan buku-buku teori manapun (karena, semua buku teori itu dibuat di masa lalu). Dan bergaul dengan mereka, menikmati kesedihan yang mereka tuangkan, keceriaan yang mereka sebarkan, mereguk keberhasilan yang mereka ambil dari udara, adalah sebuah orgasme jiwa yang takkan kau dapatkan di pasar, di mall-mall, atau pusat-pusat rekreasi termodern sekalipun. Inilah hal yang selalu membuatku bergairah ke pusat pertemuan yang dinamakan sekolah.

Datang lebih dulu dari siswa, berdiri mengamati mereka datang satu per satu atau bergerombol, dengan wajah manis, senyum lebar, tawa lepas, dan bau harum, aku membayangkan bahwa mereka pasti akan bahagia sekali hari ini. Mereguk ilmu dari para guru yang sakti dengan ilmu-ilmu yang mumpuni.


Tapi sayang, orgasme ku terganggu dengan pikiran baru.
Sekolah yang menjadi tempat mereka untuk berpikir dan belajar, ternyata tidak mengajarkan mereka cara berpikir dan cara belajar. Hei...apakah itu dilupakan oleh para guru yang sakti itu? Atau memang begitulah ilmu itu diturunkan dari kakek guru, buyut guru, dan nenek moyang guru? Dengan ilmu laduni, tanpa belajar, tiba-tiba nanti akan datang kesadaran bahwa belajar otomatis bisa, berpikir otomatis mumpuni?
Pusing aku.

Mungkin bukan itu, kalau mereka pintar berpikir, nanti mereka temukan ilmu baru yang belum dikuasai sang guru. Nanti bisa-bisa, guru kalah dalam pertempuran logika. Ah..atau ada yang lain? Kalau siswa diajarkan cara belajar yang manjur, jangan-jangan setelah mereka sakti, belajar itu menjadi terlalu mudah dan menyenangkan bagi mereka. Takutnya, mereka jadi keranjingan belajar sehingga tahu dan menguasai lebih banyak ilmu dari guru mereka yang sudah tidak mau belajar lagi. Kalau murid lebih banyak tahu dari guru, khawatirnya, murid jadi adigung-adiguna, merusak tatanan dan merendahkan para guru. Guru, gitu lho? Masak ya? ada murid yang mau merendahkan guru karena si murid ilmunya banyak?

Tapi, denger-denger ada juga siswa yang terisak karena tidak bisa mengekspresikan potensi diri secara maksimal di sekolah karena sekolah hanya mempersiapkan mereka lulus Ujian Nasional. Weleh, weleh, gawat.

Tetapi memikirkan itu bisa membuatku ejakulasi prematur. Impotent dan tidak berguna. Lebih baik aku sembunyi saja di lab, dan persetan dengan itu semua.
Aku tidak mau memikirkan itu lagi, karena aku takut sampai pada kesimpulan bahwa sekolah tidak berguna dan kemudian kami akan menyesalimu.SUMBER GURRIDHO


Baca selengkapnya >>

Suatu Hari Nanti, Kami Tidak Akan Menyesalimu.

Setiap pagi aku terbangun dengan rasa riang karena akan segera pergi ke sekolah. Sekolah bagiku adalah sebuah dunia yang luar biasa, di mana di sekolah dipertemukan dunia yang selalu baru (karena dibawa oleh murid-murid ke sekolah) dengan sebuah dunia dari masa lalu para guru (yang kadang ada yang usang hingga tidak berguna, namun masih dibangga-banggakan sebagai yang terbaik juga).

Bertemu dengan makhluk dari masa depan, dengan pikiran yang melayang terlalu jauh ke depan, bagiku yang termasuk salah satu dari bayang-bayang masa lalu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Mencoba memahami tindakan, pikiran, dan cita-cita mereka adalah sebuah persetubuhan yang tak kan mampu dijelaskan dengan buku-buku teori manapun (karena, semua buku teori itu dibuat di masa lalu). Dan bergaul dengan mereka, menikmati kesedihan yang mereka tuangkan, keceriaan yang mereka sebarkan, mereguk keberhasilan yang mereka ambil dari udara, adalah sebuah orgasme jiwa yang takkan kau dapatkan di pasar, di mall-mall, atau pusat-pusat rekreasi termodern sekalipun. Inilah hal yang selalu membuatku bergairah ke pusat pertemuan yang dinamakan sekolah.


Datang lebih dulu dari siswa, berdiri mengamati mereka datang satu per satu atau bergerombol, dengan wajah manis, senyum lebar, tawa lepas, dan bau harum, aku membayangkan bahwa mereka pasti akan bahagia sekali hari ini. Mereguk ilmu dari para guru yang sakti dengan ilmu-ilmu yang mumpuni.

Tapi sayang, orgasme ku terganggu dengan pikiran baru.
Sekolah yang menjadi tempat mereka untuk berpikir dan belajar, ternyata tidak mengajarkan mereka cara berpikir dan cara belajar. Hei...apakah itu dilupakan oleh para guru yang sakti itu? Atau memang begitulah ilmu itu diturunkan dari kakek guru, buyut guru, dan nenek moyang guru? Dengan ilmu laduni, tanpa belajar, tiba-tiba nanti akan datang kesadaran bahwa belajar otomatis bisa, berpikir otomatis mumpuni?
Pusing aku.

Mungkin bukan itu, kalau mereka pintar berpikir, nanti mereka temukan ilmu baru yang belum dikuasai sang guru. Nanti bisa-bisa, guru kalah dalam pertempuran logika. Ah..atau ada yang lain? Kalau siswa diajarkan cara belajar yang manjur, jangan-jangan setelah mereka sakti, belajar itu menjadi terlalu mudah dan menyenangkan bagi mereka. Takutnya, mereka jadi keranjingan belajar sehingga tahu dan menguasai lebih banyak ilmu dari guru mereka yang sudah tidak mau belajar lagi. Kalau murid lebih banyak tahu dari guru, khawatirnya, murid jadi adigung-adiguna, merusak tatanan dan merendahkan para guru. Guru, gitu lho? Masak ya? ada murid yang mau merendahkan guru karena si murid ilmunya banyak?

Tapi, denger-denger ada juga siswa yang terisak karena tidak bisa mengekspresikan potensi diri secara maksimal di sekolah karena sekolah hanya mempersiapkan mereka lulus Ujian Nasional. Weleh, weleh, gawat.

Tetapi memikirkan itu bisa membuatku ejakulasi prematur. Impotent dan tidak berguna. Lebih baik aku sembunyi saja di lab, dan persetan dengan itu semua.
Aku tidak mau memikirkan itu lagi, karena aku takut sampai pada kesimpulan bahwa sekolah tidak berguna dan kemudian kami akan menyesalimu.SUMBER GURURIDHO




Baca selengkapnya >>

PEMERINTAH TAK KONSISTEN" BUTA AKSARA MASIH MERAJALELA"

sumber linapmii
Sahabat - sahabat pasti sudah tahu kalu di setiap masa pemerintahan,mereka - mereka selalu mengumandangkan tentang " pendidikan"...semua pemerintahan selalu menjanjikan pendidikan murah,bebas tapi apa?komersialisasi and privatisasi pendidikan belum terlaksana saja udah merajalela di mana - mana.
43 thn lalu di Teheran tepatnya 8 sept 1965,mentri - mentri pendidikan mencetuskan resolusi untuk melaksanakan buta aksara seluruh dunia,terutama di negara - negara berkembang. buta aksara adalah ketika mampuan seseorang untuk mengidentifikasi , mengerti , menerjemahkan ,mengkomunikasikan dan mengolah isi rangkain teks yang terdapat pada bahan - bahan cetak dan tulis..

banyak ahli ,mengatakan bahwa persoalan mendasar dari buta huruf adalah kemiskinan.jadi pemberantasan buta huruf harus di awali dengan memberantas kemiskinan. Aspek politik dan ekonomi tidak bisa di lepaskan dari pemberantasan buta huruf.
di Indonesia sekuat apapun pemerintah menyelesaikan masalah buta huruf dengan berbagai solusi yang di terapkan akan sulit terlaksana jjika aspek politik dan ekonomi tidak di benahi.jika pendidikan kita masih berorientasi passar, tentunya buta hurup sulit di berantas.

Usaha - usaha pemerintah yang hendak mengkomersilkan pendidikan akan menyebabkan tertutupnya akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan, jika rencana itu tetap di laksanakan bukan tidak mungkin penyandang buta huruf akan semakin bertambah,mengenyahkan buta huruf hanya akan jadi mimpi saja.
Berbicara buta huruf tentulah tidak lepas dari pendidikan,pendidikan mempunyai mempunyai peran yang sangat penting membangun suatu negara.
Van Hoof bilang jika pemerintahan suatu negara tidak secara serius memperhatikan arah dan pengelolaan pendidikan di suatu Negaranya dapat di pastikan pembangunan Ekonomi Negara tersebut akan terhambat.
Karut marutnya pendidikan pd suatu bangsa dapat di pastikan masyarakatnya tidak mampu membangun bangsanya. itulah sebabnya negara - negara maju menempatkan pendidikan pada prioritas utama .
kalu indonesia sech teorinya menjadikan pendidikan pada prioritas utama juga tapi pada prakteknya justru di anak tirikan.lalu bagaimana dengan UUD 1945 ???
telah jelas di di atur bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab Negara membiayainya.kalau saja pemerintah memenuhi amanat UUd 1945 pasti negara kita terlepas dari momok buta huruf...
sahabat - sahabat pemerintah..batalkan dunk komersialisasi pendidikan...
kalautidak begitu Artinya pemerintah rela melihat Indonesia hanya akan menjdadi tulang - tilang Fosil saja.




Baca selengkapnya >>

Rabu, 03 September 2008

BUPATI LOTIM YANG BARU DILANTIK


Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur terpilih periode 2008-2013 disambut antusiasme tinggi oleh masyarakat, yang terlihat ramai memadati ruas jalan di depan Gedung DPRD Kabupaten Lombok Timur pada hari Sabtu 30 Agustus 2008 kemarin. Pengambilan sumpah jabatan dan pelantikan Bupati Lombok Timur H.M.Sukiman Azmi dan Wakil Bupati H.M.Syamsul Lutfi, dilakukan melalui rapat Paripurna Istimewa ke-IV masa sidang ke-II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur, yang dipimpin oleh pimpinan DPRD Lombok Timur H.Syamsudin Gahtan.

Bupati dan Wakil Bupati dilantik oleh Gubernur NTB, melalui Surat keputusan Menteri Dalam Negeri, yang berisi tentang pengesahan pengangkatan dan pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur yang dibacakan Sekretaris Dewan.

Setelah melantik dan mengambil sumpah jabatan Bupati dan Wakil Bupati, Gubernur NTB, H.L.Serinata menyampaikan ucapan selamat pada Bupati dan Wakil Bupati terpilih dan memberikan penghargaan pada Bupati dan Wakil Bupati periode sebelumnya, termasuk kepada Pemda, masyarakat dan semua pihak atas suksesnya Pemilihan Kepala Daerah beberapa waktu lalu. Diingatkannya setelah pelantikan ini perjuangan masyarakat masih panjang, karena Pemda maupun seluruh komponen masyarakat dituntut bersatu dan bekerja keras menguatkan komitmen untuk membangun daerah dan mensejahterakan masyarakat.



Kebersamaan dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat merupakan modal utama untuk mewujudkan berbagai program pembangunan. Dan kepala daerah pada hakekatnya bertugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mewujudkan terciptannya keamanan dan keteriban serta terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran seluruh lapisan masyarakat.

Acara pelantikan yang bertempat di gedung DPRD Lombok Timur, dihadiri pula oleh Bupati dan Wakil Bupati periode 2003-2008, H.M.Ali Bin Dahlan dan H.Rahmat Suhardy, Gubernur dan Wakil Gubernur NTB terpilih, Bupati dan Walikota se Provinsi NTB, unsur Muspida dan pejabat lingkup Provinsi dan berbagai komponen masyarakat.

Terpilihnya H.M.Sukiman Azmi dan H.M.Syamsul Luthfi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur periode 2008-2013, melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Lombok Timur yang berlangsung 7 Juli lalu, diharapkan dapat membawa kemajuan bagi daerah ini. Hal ini dikemukakan sejumlah masyarakat yang ditemui Selaparang Televisi disela-sela kegiatan pelantikan Bupati dan Wakil Bupati.

Sejumlah masyarakat dari berbagai kalangan tersebut pada dasarnya memiliki harapan yang sama terhadap Bupati dan Wakil Bupati terpilih, yaitu dapat membawa perubahan bagi Kabupaten Lombok Timur kearah yang lebih baik. Sehingga Kabupaten Lombok Timur dapat menjadi daerah yang maju di segala bidang pada masa-masa akan datang. Harapan tersebut dibarengi pula dengan dukungan dan kepercayaan bagi pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur periode 2008-2013 ini, selama menjalankan tugasnya memimpin Lombok Timur dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Sejumlah masyarakat Lombok Timur juga berharap, agar Bupati dan Wakil Bupati terpilih dapat lebih memperhatikan kesejahteraaan rakyat kecil didaerah ini dalam masa kepemimpinannya, disamping melanjutkan berbagai programn yang dinilai positif dan bermanfaat selama kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur pada periode sebelumnya.sumber http://www.lomboktimur.go.id



Baca selengkapnya >>

Selasa, 26 Agustus 2008

ADAT DAUR HIDUP DALAM KEARIFAN LOKAL BUDAYA SASAK UNTUK PENGARUS UTAMAAN HAK ANAK DAN PARTISIPASI ANAK

Oleh : H. Jalauddin Arzaki.
(pada waktu pelatihan penagrusutamaan hak anak dan partisipasi dalam persfektif budaya local "mainstreaming Children Right and children partisipation" di Jayakarta hotel)
Pitue :

Inaq Amaq semeton jari
Inget-inget leq dunie pacau ngaji sanget-sanget

Ite sine maraq misal leq segare
Pelih entan piriq layar kesengsare

Ite Sine maraq misal belabu jukung
Pelih entan tumpah belah bejerungkung


I. Kearifan Lokal (Local Wisdom) dari komunitas Sasak dalam mengajar dan mendidik anak dimulai saat pra lahir atau pre natal sampai anak mencapai umur dewasa sampai memasuki rumah tangga. Budaya lokal Sasak seperti ini dilakukan secara turun temurun dan diaplikasikan sesuai dengan tuntutan kepercayaan lokal masyarakat sasak.
II. Pengarus utamaan hak dan partisipasi anak akan menjadi berbeda ketika orang sasak pra Islam mengadakan upacara adat dibanding dengan adat yang berlaku setelah menjadi pemeluk Islam. Dalam mendudukkan adat budaya ( ngelinggihan adat) orang-orang sasak sangat tertib dalam melakukannya dalam suatu proses yang disebut “lindi adat”.
III. Secara berurutan berdasarkan lindi adat (runut proses adat) upacara daur hidup berkaitan dengan pengarus utamaan hak anak dimulai dari : Adat Pre natal dan adat paska natal. Secara runut dapat dikemukakan sebagai berikut :

A. Adat daur hidup Pre-Natal : Semasa anak dalam kandungan seorang ibu, banyak sekali larangan-larangan yang sifatnya psikologi educative yang dilakukan secara spiritual dan moral agama diberlakukan terhadap seorang ibu yang mengandung anaknya dan juga petunjuk larangan atau anjuran yang diberlakukan bagi seorang ayah. Seorang ibu dan Bapak semasa kehamilan dipanggil Amaq dan Inaq Tebon ( Tebon; Panjang rambut) dimana calon kedua orang tua itu dipantangkan untuk mencukur rambutnya ( dibiarkan gondrong bagi calon ayah) dan bagi perempuan tidak boleh dipotong dibiarkan menjurai dikeramasi dengan santan bercampur abu pangkal buah padi kentan yang sudah ditumbuk (sasak: Joman)., maksudnya agar sang anak kelak berpenampilan bersih dan teratur. Campuran air santan itu dijadikan bedak kramas pada ibu yang sedang mengandung dapat dilakukan sekurang-kurangnya sekali seminggu pada setiap jumat pagi. Larangan lain bagi calon orang tua anak itu baik ayah maupun ibunya ialah tidak boleh memaki-maki, tidak boleh membunuh binantang yang dianggap kramat di rumah dan binatamng peliharaan, tidak boleh bergosip dan mencela orang lain. Justru kegiatan yang dianjurkan adalah berkata yang baik, tidak memaki dan mencela. Tidak boleh mnertawakan / mencela orang yang punya cacat fisik meskipun kenytaaan sebenarnya demikian. Laki-laki tidak boleh memotong binatang ternak agar kelak anak yang dilahirkan memiliki belas kasihan pada sesama dan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Makna semua larangan tersebut adalah untuk membersihkan hati agar anak yang lahir berhati nurani yang baik. Secara umum aura ( inner beuty) atau “melik” sudah mulai dididikkan semenjak anak dalam kandungan Selanjutnya secara lahiriah semua prilaku mendidik pada masa pre-natal diwujudkan dalam upacara adat daur hidup yang disebut dengan yang dalam bahasa Jawa disebut “ mitoni”. Upacara adat ini diadakan setelah memasuki bulan ketujuh sejak tidak mengalami ( sasak : mandeg ).
B. Upacara Adat Saat Melahirkan : Menjelang anak akan lahir sesudah kandungan memasuki kandungan ke 9 si ibu tidak boleh melakukan kegiatan yang berat, bahkan melakukan kegiatan dapurpun dikurangi, agar sang ibu benar-benar siap menghadapi tugas berat melahirkan. Sang ibu juga memakai remapah-rempah; beras-kunyit-daun jeruk nipis dan sekuh untuk belangir (sasak: beboreh) agar kondisinya tetap sehat. Sementara si suami disarankan untuk memperbanyak sedekah, walaupun sekedar serabi (jajan tepung beras) sebagai simbul dari sedekah yang paling kecil dari orang yang tidak mampu. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki rasa kasih sanyang kepada sesama. Menjelang bayi akan keluar diminta bantuan seorang belian nganak / dukun melahirkan (laki/perempuan) obat-obat penyejuk dan pelancar melahirkan berupa air suci yang didoakan dengan mantra Sasak. Ketika anak keluar dari perut ibunya : si anak langsung dipeluk oleh ibu dan bapaknya agar darahnya menyatu dengan badan kedua orang tuanya agar sang anak menyayangi orang tuanya, setelah itu baru keluarga yang lain. Setelah itu baru dimandikan oleh sang dukun. Begitulah cara mengingikat kasih sayang. Khusus bagi keluarga yang mampu setelah sang bayi dibersihkan dipakaikan pakaian dengan rapi dibuat rowah syukuran mengundang keluarga dekat dengan hidangan sederhana. Sebelum sang bayi mengenal makanan yang lain di haruskan disusui oleh ibunya , makanan pertama diberikan adalah nasi “papak” yang dikunyah oleh ibunya sendiri, baru setelah itu bayi dikasi makan dari pisang yang digiling halus.

C. Upacara Adat Daur Hidup Paska Kelahiran :
1. Upacara menanam ari-ari ( nalet adik –kakak ). Acara ini dilaksanakan setelah ari-ari bayi terpotong dengan menggunakan pisau dari bambu yang diambil dari para-para ( sasak :edas tereng ) . Edas tereng tersebut dianggap telah steril karena setiap hari mendapat asap dari tungku dapur. Biasanya ari-ari yang dipotong dengan edas tidak menimbulkan penyakit “ tetanus”. Ari-ari yang ditanam harus ditanam dipelataran rumah serambi depan. Setelah ditanam diatas gundukan diatarukkan batu lalu dikurung dengan kurungan ayam. Diatas dibatu dinyalakan lampu agara anak kelak memiliki hati yang terang dan setia (sasak: isah). Lampu dinyalakan sampai dengan upacara medak api atau buang au sekurang-kurangnya pada hari kesembilan setelah dilahirkan.
2. Upacara daur Hidup Medak Api atau Buang Au. Upacara ini dilaksanakan sekurang-kurangnya sejak sembilan hari sejak kelahiran bayi dengan mengadakan acara keramas bersama, ibu si bayi dengan ibu-ibu keluarga dan tetangga terdekat dengan hitungan ganjil. Kegiatan ini juga disebut medak api karena pada saat itu mereka membakar joman dengan disertai kepeng bolong 99 biji di atas “tepak” (wadah dari tembikar ) lalu di kucurkan air santan.. Adonan itu digunalkan untuk kramas dan uang bolong di bagikan sebagai sedekah (shalawat). Jumlah 99 tersebut sebagai simbul Asmaul Husna. Sisa abu yang dipakai keramas di hanyutkan disungai atau ke laut,sehingga disebut dengan medak api atau buang au. Setelah itu biasanya kurungan diangkat dan lampu di padamkan namun ada juga yang membiarkannya sampai 44 hari. Upacara ini dapt dikaitkan dengan daur hidup yang lain dengan upacara “ Ngaranin” dan “ turun tanak” dan lebih dari itu dilakukan upacara “ngurisan” potong rambut”. Bagi upacara yang mampu kegiatan ini dilakukan dengan acara kenduri yang dinamakan rowah asal kata roh atau arwah, sebagai sambungan turun temurun dari nenek moyang leluhurnya dengan mengundang kiyai dan tetangga sekitar. Upacara adat ini masih dalam keadaan anak bayi masih merah disebut dengan “bebeak”.
3. Upacara Ngaranin : Jika upcara “ngaranin” (pemberian nama) tidak dikaitkan dengan upacara medak api maka secara khusus diadakan upacara pada hari ganjil biasanya diambil pada malam jumat. Pada masa sebelum ke Islaman belum memasuki masa perkembangan pada saat upacara ini dibacakan kitab lontar Indarjaya atau Puspakarma. Setelah perkembangan pemahaman Islam makin maju masyarakat sasak biasanya memeriahkan acara dengan pembacaan hikayat yang diambil dari kitab Kisasul Ambiya. Nama-nama yang diberikan adalah nama yang kental dengan budaya sasak. Misalnya : Galeng, Isin, bokah atau kebiasaan masyarakat Sasak lama memebri nama anaknya dengan nama- nama yang berakhir dengan konsonan. Misal : Sanep, Nurmalam, Ketip, Kerdep. Nasip. Ada juga dikaitkan dengan nama-nama lakon foklor / legenda Sasak dan pewayangan. Sering juga ditemui penamaan anak-anak dengan pengaruh bahsa jawa meskipun disesuiakan denga lafal yang berbeda.
4. Upacara Turun Tanak : Upacara ini dilakukan sebagai tanda anak boleh menginjakkan kaki ketanah (sasak:lemah) sebelumnya harus tetap di gendongan. Sang anak akan disembeq /sepah seluruh bagian tubuhnya dari kening sampai telapak kaki agar anak memiliki kekebalan terhadap penyakit.
5. Upacara Ngurisan : Upacara ini menandai bahwa anak memasuki usia balita ditandai dengan potong rambut, upacara dapat dilakukan di masjid, rumah keluarga dan di makam keramat, juga dikaitkan dengan hari-hari besar seperti Maulid, Lebaran Topat, dll. Piranti yang disiapkan adalah air kumkuman, kepeng bolong, bunga setaman, beras kuning, benang katak, uang bolong atau uang logam dan selawat (uang) khusus sebagai tanda kesaksian bagi yang hadir. Dalam upacara rowah (kenduri) selain hidangan nasi dan lauk pauk yang diwadahi talam (dulang begibung) disediakan pula dulang penamat yang menyimbulkan proses kehidupan manusia sejak manusi lahir – hidup dan mati. Proses kelahiran menurut sasak dibagi atas meniwok bagi tumbuhan, menelok bagi binatang bertelur, menganak bagi binatang memamah biak, simbul tersebut ada dalam dulang penamat. Maka harus ada topat dan bantal sebagai simbul laki dan perempuan dan buah-buahan sebagai simbul yang meniwok dan nasi rasun berisi daging sebagai simbul binatang yang menyusui melahirkan. Dulang Penamat dihiasi pula oleh buah-buahan dan jajan tradisional sebagai lambang kemakmuran. Sisa potongan rambut sang anak kalau tidak ditanam maka akan di hanyutkan ke laut agar anak kelak tidak cepat kena penyakit. Proses upacara ini diringi oleh seni slakar berupa himne dikarang oleh syeh Al- Barzanjanzi yang dipimpin oleh seorang Hadi.
6. Upacara Besunat: Upacara besunat atau hitanan khusus bagi anak laki-lakim upacara bekikir bagi anak perempuan. Sebagai simbul perpindahan anak-anak ke jenjang usia remaja. Dalam upacara di selenggarakan rowah kepada leluhur di ikuti dengan dulang penamat. Besunat dilakukan oleh belian sunat(bayan: Penjalak) , untuk anak besunat disediakan andang-andang agar terjauh dari bala. Andang diwadahi oleh soksokan berisi beras sekurang-kurangnya sekobok, segulung daun sirih, pinang berjumlah ganjil ( 3-5-7) baik pinang muda (buaq odaq) atau piang tua ( buaq toaq ), gambir, kapur pamaq ( kapur sirih) , benang setukel / lawe dan uang bolong dalam jumlah ganjil. Andang-andang adalah simbul keberkahan ilmu sang belian sekaligus sebagai penghargaan terhadap keahlian sang belian. Untuk anak besunat disiapkan kain khusus dengan tongkat pengganjal agar kain tidak tersentuh bagian luka ujung kelamin. Biasanya disiapkan pula tempat duduk kelapa tua hijau agar darah tidak banyak mengucur keluar. Pada saat anak besunat diringi dengan selakar atau selawat oleh orang-orang yang menyaksikan. Begitu alat vital dipotong sang orang tua mendekap sang anak dipinggangnya, dengan maksud menekan keluar darahnya agar tidak terlalu banyak keluar. Makanan yang disiapkan untuk si anak adalah jeroan hati tanpa bumbu untuk pengganti darah yang keluar. Makanan tersebut tanpa bumbu agar menghindar dari infeksi. Dilarang memakan kacang tanah , ikan laut, telur agar tidak gatal. Sebelum disunat diadakan acara menghibur dengan arak-arakan di sebut Praja Busunat diiringi dengan kesenian tradisi. Sebelum di sunat sang anak berendam (Sasak:bekerem) di sungai lalu pulang untuk dilakukan “penyembean” ( diberi tanda dengan kunyahan daun sirih) lalu didandani. Untuk menyenangkan hati sang anak dilakukan arak-arakan dengan menggunakan “Praja Busunat” dapat berbentuk; Juli Jempana atau Jaranan/ Singa. Di saat ini Praja berbentuk macam-macam: kendaraan, burung, ikan dll. Rowah besunat secara khusus dilakukan dalam keluarga. Dalam tradisi Sasak juga dilakukan BEGAWE Nyunatan / pesta Hitanan. Jenis Begawe : Begawe Banjar ( begawe Beleq dan Begawe Ngatak ) dan Rowah Mesilak Masaq (hanya untuk laki-laki). Besunat untuk perempuan disebut “ Besuci “ yakni pemotongan pemotongan ujung kelentit. Pada masa yang lalu besuci merupakan syarat peng-Islaman untuk perempuan.
7. Upacara Bekikir : adalah upacara potongan gigi atau ngotonin, yakni memotong ujung gigi para gadis oleh tukang gigir. Sebagai simbul dari status anak-anak menjadi remaja juga dimaksud untuk menguatkan gigi atau disebut “pasek beton” atau “ Ngotonin/beroton”.

IV. Pengarus Utamaan Anak dalam Pembagian Tugas Kerja.

1. Dalam rumah tangga baik anak laki-laki maupun perempuan sudah memiliki tugas kerja untuk membantu orang tua. Dalam urusan rumah tangga , anak perempuan tugas utamanya mengambil air minum dan “beremok” ( mencari potongan kayu untuk memasak) dan bertugas untuk membawa makanan ke sawah (Sasak: ngater). Anak laki-laki petani betugas membantu ayah untuk memegang tali sapi dan menyabit rumput ( Sasak : ngawis).Pengajaran keterampilan bagi anak-anak disesuaikan dengan tingkat usia mereka.
2. Dalam pembagian tugas ketika belajar ngaji (baca Alqur-an dan Agama ) santri perempuan bertugas menyapu halaman dan mengambil air untuk wudu santri lainnya. Bagi Santri laki-laki membantu Guru kegiatan di sawah. Kebon dan berternak.
3. Dalam kegiatan “Begawe” perempuan menjadi inen beras / menik untuk laki-laki menjadi amen jangan atau ran.

V. Pengarus Utamaan Anak Dalam Pembagian Warisan :
Hukum yang digunakan dalam warisan berdasarkan hukum Islam dua pertiga untuk laki-laki ( sepelembah) sepertiga untuk perempuan ( sepersonan ) dengan variasi, anak laki-laki terkecil/bungsu mendapat tambahan rumah, untuk anak perempuan selain pembagian utama tadi mendapat pembagian tambahan pekakas rumah tangga ( sasak : isin bale ). Alasan mengapa anak bungsu mendapat rumah karena ia paling singkat mendapat kasih sayang dari morang tuanya, sedang untuk anak perempuan diberikan barang-barang-barang perlengkapan dapur untuk menjadi barang bawaan ke rumah suaminya. Umumnya orang tua sang perempuan sangat malu jika anaknya tidak membawa perlengakpan rumah tangga ini kerumah menantu laki-lakinya.

VI. Pengarus Utamaan Anak dalam Kerapan Adat Keluarga :
Dalam Penetapan harga adat/ aji krama dan gantiran/ atau pisuke, peran perempuan sangat menentukan. Sebab standar pemberian gantiran berpatokan pada harga adat sang ibu. Bagi anak perempuan yang kawin mendahului kakaknya baik laki dan perempuan dikenai denda “pelengkak” berbentuk keris bagi laki-laki dan seperangkat kain bagi perempuan.

VII. Pendidikan Budi Pekerti (Sasak: Tertip Tapsila) :
Anak-anak laki-laki diajarkan cara berbusana adat yang benar termasuk “seselepan” menyandang senjata. Anak-anak diajarkan berbgai keterampilan sopan santun untuk menyampaikan undangan ( Sasak : Pesilaan ), cara bertamu dan menyambut tamu. Orang tua masa lalu mendidik anaknya dengan kemampuan : Tata Krama, Base Krama, Lindi Krama. ( Tata tutur, tata laku dan tata tertib). Pengenalan unggah- ungguh basa krama bagi terhadap anak-anak dalam komunitas sasak untuk mengenal lebih dini adeb (adab) budi pekerti dalam pergaulan sosial. Orang tua membahasakan setiap perintah, ajakan maupun ajaran secara educatif menggunakan bahasa halus madia sebagai penghormatan dengan maksud untuk mendidik dan mengajar anak-anak untuk mengetahui kedudukan diri terhadap orang lawan bicara yang dihormati. Misalnya ; Orang tua untuk mengatakan kamu pada anaknya di ucapkan dengan kata “side” untuk makan di ucapkan “ngelor” atau “Medaran”, untuk pergi (lalo) di katakan dengan ucapan “lumbar” dll. Kata-kata hujatan atau memaki anak sangat tabu dalam adat Sasak.

VIII. KESIMPULAN

Gambaran yang terdapat dalam simbul adat daur hidup sebagai bagian dari kearifan budaya lokal sesungguhnya mempunyai nilai-nilai yang sangat Educatif Psikologis dan bermoral. Hal ini harus menjadi bagian yang harus direvitalisasi dan reaktualisasi serta diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga akan menjadi bagian yang tidak tgerlepaskan dari upaya mengaktualisasikan kembali Lembaga Krama Adat seperti; Krama Banjar, Krama gubuk dan Krama desa. Yang akan menjadi kendaraan dalam pelaksanaan dari awig-awig dan sangsi adat (dedosan ) yang terdapat dalam budaya lokal Sasak.


Niniq Bai , Bije Sanaq Naken
Bagus – bagus ntan jauq diriq
Ndak langgar adat krama tertip tapsila
endak piwal leq dengan towaq, pengelingsir
leq pesware dengan si kwase

Endak jelap salaq terima
Salaq tuduh Salaq Sengguh
Isiq ongkat base dengan siq tao, dengan perkanggo
Sengaq ie jarian ite
Jelap besual besiaq saling tuduh
Pegat diriq besanakan

Silaq beriuk tunas
Ring arepan dekaji Allah Ta ale
Neneq si Kuase
Ampoq te jari dengan besanakan si tao jauq diriq
Saleh- solah- soloh,
Patut- patuh pacu
Genem geger gerasak
Lombok Mirah Saksaq Adi, sekadi siq tesurat
leq dalam kitab negare kerta game

Maliq perlu te pade iling
Sai-sai juaq si te ican jari perkanggo
Endaq jari dengan si besifat bahil loba tamaq
Beterus betabeat angkuh iri dengki dait sombong
Iling-iling-iling
Beriuk pade iling

Monjok, 5 Mei 2008




Baca selengkapnya >>

Jumat, 22 Agustus 2008

coice of Kongres



 PANDANGAN UMUM

PC PMII LOMBOK TIMUR TERHADAP PB PMII PERIODE 2005 - 2007


Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh


Peserta Kongres yang kami banggakan,

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mampu melaksanakan Kongres-nya yang ke XVI sejak berdirinya tahun 1960, membuktikan perwujudan dari kesetiaan ikrar dan pengabdian terhadap bumi Indonesia dan agamanya, patut kita banggakan serentak memanjatkan fuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga dengan kepemimpinan PMII sebagai wadah pengkaderan generasi muda menciptakan sebuah mesin lokomatif yang berisikan kader-kader yang siap faight dengan kemampuan Analisa Sosial, sublimasi nilai ASWAJA, Nilai dasar Pergerakan, bertarung dengan lipatan arus capitalism, imprealisme, serangan budaya global, arabisasi, semoga kepemimpinan Rasul SAW dapat kaita jadikan sebagai napak tilas sejarah untuk dapat memulainya dengan system yang kita miliki hari ini, PMII ! shalawat atasnya…..

Peserta KONGRES yang saya hormati,

Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai pimpinan organisasi yang kita cintai ini, menempati posisi strategys dalam eksekusi kebijakan terhadap keberlangsungan PMII pada periode 2005-2008 kemarin. Dua tahun ini, saya fakir bukanlah sebuah waktu yang singkat untuk bermain-main, mengisi saku, meniti anak tangga atau sekedar memposisikan PMII pada gerakan-gerakan yang sama sekali tidak memiliki Peta yang jelas. Periode 2005-2008 saya rasakan sebagai sebuah periode yang memilki STRATEGY dan arah kebijakan yang jelas dan cukup terealisasi. Banyak PR yang belum tuntas dikerjakan terealisasi walau itu hanya menurut kami tidak mencapai angka maksimal, tapi periode ini cukup menggembirakan. saya lebih bahagia jika saya mulai berbicara pada persoalan Kaderisasi Nasional…

System kaderisasi yang dilakukan pada periode dimisioner kali ini, masih kami rasakan sebagai sebuah mesin produktif, cukup menyentuh pada ‘area-area’, area tersebut adalah cabang-cabang zona degradasi atau kritis. Kebijakan pada pusat-pusat kota dan pinggirannya cukup real pada porsi-porsi ‘sentuhan sistem kaderisasinya’, tapi kedepan, semoga porsi juga dapat lebih merata diberikan porsi yang lebih besar pada tingktan ini. Nusa Tenggara Barat, Bali, NTT, Irian Jaya, saya fakir harus mendapatkan perhatian yang cukup besar , mengingat daerah-daerah tersebut memiliki lahan yang sangat jauh berbeda dengan keberadaan sahabat-sahabat di zona NU area. Persoalan Kaderisasi jika disederhanakan menurut kami adalah semacam ‘penguatan kuku-kuku’ jika ia belum terlalu kuat, maka system kaderisasi pantas untuk disoal. Tapi periode ini, saya rasakan lumayan.

Contoh saja, di Lombok Timur, sahabat-sahabat PMII di kampus-kampus harus dipaksa faight’ dengan organisasi masyarakat yang seharusnya dilawan oleh Ormas induk PMII…( NU ), di Bali, sahabat-sahabat disana kesulitan dengan kondisi minoritas diatas mayoritas Agama, sama halnya dengan NTT. menurut hemat kami, area-area tersebut harus disentuh atau paling tidak dirasakan dari system kaderisasi nasional PMII.

Kedua,

Periode 2005-2007 ini, seharusnya memiliki kepekaan pada ranah perjuangan rakyat. Dalam hal ini system proteksi yang kuat terhadap kekuatan-kekuatan baik asing maupun penjajahan oleh bangsa sendiri, saya rasakan masih belum mencapai titik 90%, karena maksimal itu ‘imposible’. problem-problem kemasyarakatn di daerah yang juga menjadi wacana nasional, upaya aktif kami harapkan dari PB PMII memberikan semacam sikap yang jelas, sehingga ‘tertata’ dengan kuat dan dapat memunculkan daya gigit PMII di Nasional. “Divestasi saham Newmont Nusa Tenggara ( NNT ), menghantam sistem tata rakyat NTB, pernyataan sikap atau statement ringan untuk persoalan itu kami rasakan harus ada, sehingga tidak sampai memburamkan peta perjuangan kita di daerah. Memang ini lebih bersifat upaya kreatifitas PMII di daerah, tapi sebagai Pimpinan organisasi tertinggi servivle tatanan tetap ada.

3. Basis-basis Ekonomi sebagai ‘Kapal Dagang’ PMII

Ia atau tidak jawaban kita sama pada persoalan ini, sering kali gerakan-gerakan prodem terputus kreatifitasnya, akibat dari problem klasik, maka saya fikir sudah jelas arah dari maksud pembicaraan terakhir saya ini, (sudah bisa kebaca)…..pengelolaan pemberdayaan kelompok-kelompok ekonomi micro saya fikir ini juga perlu diembani PMII, tidak bermaksud untuk mengkayakan PMII dengan maksud ini, ‘karena saya juga tidak mau dipimpin china atau PMII menjadi organisasi WARALABA.. Tapi ini juga harus serius mendapat perhatian.

Peserta sidang yang kami hormati,

kedepan semoga PMII tetap dipimpin oleh orang-orang yang baik, karena PMII adalah gerakan sadar akan tanggung jawab moral bangsa dan agamanya. PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA, 4 suku kata yang meyakinkan kita bahwa penentu arah bangsa ini kedepan adalah kita !!!


Tangan Terkepal dan Maju ke Muka !!!!

Wallahul Muwaffiqu ilaa Aqhwamith Tharieq

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakuh




Baca selengkapnya >>

Senin, 18 Agustus 2008

Besok Tanggal 17 an..!!

Banyak anak bertanya di daerahku..Kapan kita tujuh belasan kak? bahkan ada yang bilang tanggal berapa kita tujuh belas kak,? kita kan mau kelapangan..? ini kadnag membuat saya tersenyum , dan saya jawab dengan renyah " ya tanggal tujuh belas" ini memang pertayaan polos dari mereka,, hanya ada yang juga bertanya kadang sengaja mau buat guyonan.saya teringat ketika masih kecil, satu minggu sebelum acara tujuh belasan saya memimpikan siang dan malam pagi 17 an itu. betapa girangnya saya, walau saya gak paham tentang nasionalisme, tentang patriotisme, dan semua isme2 itu. yang penting bisa datang kelapangan bawa uang dua puluh ribu, beli mainan+bakso dan langsung pulang. apa yang saya dapat dilapangan tempat orang apel bendera?.saya ingat betul sampai sekarang,hanya sebuah kegirangan, ceria tanpa tahu maksud dan tidak ada yang menceritakn sesuatu yang berkaitan tentang kemerdekaan disekolah ku sebelum acar tujuh belasan itu,alangkah indahnya dam membuat anak-anak paham sebelum 17 an sekolah membedah tirai 17 an itu sehingga anak-anak tidak datang kelapangan dengan jiwa kosong tentang hari itu, itu tidak hanya ada disekolah didesaku juga itu dianggap sebagai hal rutinitas saja beralih tempat makan dari rumah kelapanagn.!!(karena biasa orang desa bawa makanan kelapanagan)tidak ada dalam kepala (mainset) bahwa hari itu, hari yang sakral bagi Indonesia.!lalu bagaiman caranya kita membuat hal formalitas seperti apel Bendera dan masyarakat bisa menghujami dan memberikan pencerahan pelaksaan itu..?

Besok kita 17 an Bukan?..ini hal biasa dah kita lakukan setiap tahun, tetapi kita masih tiddak jauh beda untuk terus bisa merdeka dari beban, hutang yang menjera,,yang paling penting pencerdasan ke rakyat. agar tidak memahami 17 an hanya rutinitas semata..perlu semacam kurikulum agar rakyat juga paham tentang peringatan yang kita selalu peringati setiap tahun.berikan pencerahan itu kepada rakyat.!




Baca selengkapnya >>

Rabu, 06 Agustus 2008

Merdeka Itu Beban..:::atau Kebebasan?

..”Merdeka itu adalah beban. Selangit beban diatas pundakmu sendiri. Merdeka itu adalah penderitaan, merdeka adalah sejuta penderitaan yang tak ada putus-putusnya. Merdeka berarti kamu berjalan sendirian, kamu tidak punya tuan dan majikan yang akan menolongmu kalau kamu celaka. Merdeka itu berarti kamu harus meghadapi keperihan, kesengsaraan, nasib buruk itu senddiri. Merdeka itu sakit yang maha besar. Tapi kamu harus bangga karena kamu yang terpilih untuk memikulnya. Berarti kamu dianggap mampu, kamu masih dipercaya. Kalau kamu masih dipercaya berarti kamu masih diperhitungkan. Kalau kamu masih diberikan kesengsaraan, berarti kamu masih hidup. Kamu belum menjadi mayat, belum menjadi robot, belum mati seperti yang lainberarti kamu masih merdeka. Goblok kalau kamu mau berhenti merdeka. Mengerti?” (Cuplikan cerpen Merdeka karya Putu Wijaya)

Sebagai bahan renungan.pada potret kemerdekaan kita hari ini.merdeka itu buka kebebasan mutlak, untuk berbuat sesuka hati, merdeka itu kebebsan untuk berekpresi yang mempunyai batas, kebebasan dari tirani yang terkungkung dikepala kita, merasa bebas dari yang mengangkang di ubun-ubun kita, merasa tidak ada intrik,dan lain sebagainya.. diposisi yang mana kita berada hari ini..? jawab.....!

coba penjamkan mata mu sejenak bagaimana patriotisme hari ini. dibandingkan dengan masa kecil kita...?

Baca selengkapnya >>

Informal Meeting PC PMII Cab. Lotim

Pergerakan mahasiswa islam Indonesia (PMII) melaksanakan Informal meeting di Aula KNPI selong senin 4 agustus 2008. dengan tema membangun integritas kader. pada acara tersebut dihadiri oleh mabincab PC PMII. Hery Adi saputra, M.Pd dan mastur Sansaka, SPSi.beliau berdua menyampaikan Pergerakan PMII kedepan harus tetap pada Khitohnya dalam gerakan dnegan memperhatikan faktor budaya local setempat, jangan sampai gerakan yang dilakukan kebablasan sehingga tidak bermanfaat untuk kader malah membuat PMII dijauhi oleh kader...

pada informal meeting itu juga, dismapaikan beberapa materi yang berlangsung dari jam 09.00-17.00. peserta yang mengikutinnya adalah Pengurus Kom STKIP dan IAIH Hamzanwadi Pancor.

Baca selengkapnya >>

Jumat, 01 Agustus 2008

Apa Kita Betul Merdeka?...d..etik100..proklamsi...!


waktu menapak pasti, mengisi ruang tanpa di undang...!
Databf Pergi Tanpa Istirahat pada kandungan itu kiota berada
Jalur masa Lalu, cermin masa kini.
banyaknya bisa untuk mengecap setitik madu.
peluh keringat penyiram semangat hingga hasil mu............TAK TANPAK JUA...!
(bait ini sudah lama aku simpan dalam diari tuaku,,, aku ingin mengatakanya sekarang...inilah waktu yang tepat.)
Apakah kita betul merdeka? atau kita masih terjajah. sadar atau tidak sadar hari ini negara yang diakekah kemudian diberikan nama Indonesia dnegan pengorbanan nyawa,darah dan kematian nampak begitu membusung bagai kekurangan gizi...AKU JUGA ANAK BANGSA ITU..!bAHKAN kAMU SEMUANYA aDALAH ANAK BANGSA..yang dilahirkan dari rahim poertiwi.saya ingin bertanya, Apakah Musuh kita hari ini?

hari ini kita tidak akan melawan rezim yang kuat, tank-tank yang besar, rudal-rudal yang memusnahkan, itu semua bukan musuh kita,, lalu apa...mushu kita terbesar hari ini adalah diri kita sendiri..karena diri ini kita membantai saudara sekemanusia,,karena diri ini kita tak segan-segan memakan harta orang banyak, karena diri ini kita menjadi bangsa seperti ini.aku lanjutkan pada efisode yang lain...

Baca selengkapnya >>

GO TO HELL WITH YOUR RELIGION


Setiap agama besar pada awal kelahirannya ialah tampil sebagai gerakan kritik terhadap berbagai pelecehan hak-hak asasi manusia yang terjadi dalam masyrakat , kehidiran agama oleh penguasa selalu dicurigai dan di benci dan ingin dimusnahkan karena suara para nabi sarat dengan pesan dan semangat keadialan yang membuat gelisah para tiran yang hanya memihak pada kepentingan dirinya.
Terkait dengan tema diatas go to hell with your religion ( pergi keneraka dengan agama mu) lalu pertanyaan kemudian agama seperti apa yang menyesatkan itu? Agama dalam bahasa sansekarta berarti “A” artinya tidak dan “ Gama” berarti bengkok maka agama diartikan “ tidak bengkok” artiya “Lurus”. Maka ketika orang menganggap apa yang menjadi pengangannya (belirfe) kepercayaaa mereka benar dan kebenaran itu ada pada gama, maka dengan dengan tidak segan-segan mengangkat golok membunuh saudara kemanusiannya sendiri demi sebuah kebenaran yang diyakini, maka fungsi agama saat itu hanya sebuah platform yang menjadi panji pembenaran pribadi.
Banyak kisah dari sejarah yang dapat dipetik hikmahnya, taruhlah paham-paham sesat seperti yang disebut-sebut saat ini, contoh Ahmadiyah yang sudah bertelanjang bulat dipangung sejarah yang mengusung paanji-panji agama sebagai pemenaran terhadap kenabian Mirza Gulam Ahmad dan bukan sang Mirza yang anak kemarin sore mengakui dirinya sebagai nabi tetapi pada zaman Khalifah Abu Bakar pun sudah terjadi seperti Musailamah alkazab yang dengan identitas agama mengangkat sorban dan mengakui dirinya sebagai Nabi. Dan kesesatan-kesesatan iotu terus berdendang dari waktu ke waktu .

Dalam sejarah islam juga sudah tercatat adanya firqah-firqah-firqah ( golongan) dilingkatan umat Islam yang antara satu sama lain berbeda pendapatnya dalam suatu masalah dan sangat sulit untuk diseragamkan. Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah yang tak bisa ditutup-tutupi dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang termaktub dalam kitab-kitab agama terutama kitab Usuluddin, didalam kitab usuludin kita akan menjumpai perkataan-perkataan Syiah, Kwarij, Mutazilah, Qadariah, Jabariyah, Aswaja,Mujasimah, Bahaiyah, Ahmadiyah, Wahabiyah, dan lain sebagainya.
Umat Islam yang berpengetahuan agama tentunya tidak heran melihat dan membaca hal seperti ini karena kanjeng Nabi Muhammad SAW sudah juga mengambarkan pada masa hidup beliau.
Lalu kemudian kita kembali melihat istilah agama sesat itu versi siapa? Tidak hanya terbatas pada aliran. Dan di Indonesia banyak sekali yang diklaim sebagai ajaran sesat, sehingga yang merasa dirinya paling pada agamanya akan membumi hancurkan agama yang disebut sesat tersebut, apakah itu sebuah solusi? Jelas tidak, barangkali bisa kita benarkan kalau dulu pada zaman khalifah memerangi nabi-nabi palsu karena islam saat itu masih labil dan kalau itu tidak dileyapkan maka apa yang kita temukan sebagai generasi islam sekarang karena ke orisinilan ajaran islam sudah dikamuplase oleh keadaan.
Tetapi sekarang, tentu tidak relevan pendekatan yang dulu dipakai dengan sekarang, jangan salahkan siapa-siapa kalau mereka sesat. Mereka juga manusia dan punya alasan sendiri-sendiri mereka berbuat seperti itu.sehingga jangan sampai kita saling mnyerang dengan teriakan yang sama : ”Allah Huakbar” maka Go to hell with your religion.
Jadi persoalan keyakinan adalah hak individu dan islam mengajarkan untuk menghargai keyakinan orang lain terlepas apakah sejalan dengan ajaran islam atau tidak. Menurut penuturan al-quran Tuhan saja tidak main paksa agar manusia beriman dan bersujud padanya, Tuhan sangat persuasif dalam mendidik manusia.

Wasslam

Baca selengkapnya >>

Minggu, 27 Juli 2008

ONE-DAY WORKSHOP INTERNET & WEB BLOGGER


Pergerakan Mahasiswa Ilam Indonesia (PMII) Lotim & Mahasiswa Teknik Komputer dan jaringan (TKJ)Kab. Lotim. Ahad,tanggal 27 Juli 2008. dilaksanak IT TRAINING Centre di SMKN 1 Selong sebgai pusat ICT kab lombok timur. pada acara tersebut dihadiri dari kalangan guru, mahasiswa,siswa. Peserta yang mendaftar sangat banyak sekali tapi dibatasi oleh panitia sebab kapasitas laboraturium yang terbatas, sehingga banyak peserta yang bersabar.peserta yang diterima hanya 20 orang.dilihat dari antusias peserta membuktikan mereka interes pada teknologi dan tidak mau dikatakan Gatek ( aggap teknologi) tinggal bagaimana pemerintah terus berusaha memberikan pelayanan yang murah dalam bidang IT. sebab di lombok timur termasuk masih dalam kategori tarif mahal untuk ke warnet.
pada acara tersebut dihadiri oleh Koordinator ICT Kab.lotim Bapak Puji Lestari yang memberikan pemaparan terkait dengan keberadaan ICT dan melakukan tanya jawab dengan peserta sekitar satu jam setengah. kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan informasi ( internet) disampaikan oleh Bapak Iqbal Sofyan, ST. Guru SMKN 1 Selong. selama dua jam. kemudian peserta break solat dan makan . setelah itu dilanjutkan dengan design web html disampaikan oleh koordinator d3tkj kab. lotim zulhandi Putrawan Guru SMKN 1 selong.peserta diberikan gambaran bagaimana cara pembuatan Web sederhana melalui html. dan terakhir design Web Blogger, disampaikan oleh ketua Media Dan Informasi Pergeraklan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)Cab.Lotim Lalu Ainul Yaqin


Baca selengkapnya >>

Senin, 21 Juli 2008

IT Training Centre

Baca selengkapnya >>

Rabu, 02 Juli 2008

Garpu DuNia


Karya-karya tulis,
Akan kekal sepanjang masa,
Sementara penulisnya,
Hancur terkubur di bawah tanah.

Kata-kata di atas dikutip dari buku Kritik Hadis, karya Ali Mustafa Yaqub. Kata-kata tersebut benar adanya. Contoh sederhana, sampai saat ini, tulisan-tulisan Syekh Ibn Athaillah pada buku beliau Pencerah Kalbu, padahal beliau sudah wafat berabad-abad yang lampau. Masih banyak contoh-contoh lain karya para ulama terdahulu yang sampai sekarang masih menjadi referensi dan panduan umat. Sebut saja Hujjatul Islam Imam Ghazali, Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qoyyim al Jauzy

Sesungguhnya apabila setiap anak Adam telah mati, terputuslah amalnya kecuali tiga: shodaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholih yang senantiasa mendoakannya. Nah, setidaknya, menghasilkan tulisan masuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat. Tulisan dapat menjadi semacam passive income (passive income merujuk kepada istilah yang digunakan Robert T Kiyosaki pada bukunya Cash Flow Quadrant. Istilah ini berarti penghasilan yang diperoleh tanpa harus bekerja, seperti deposito, eksadana dan lain-lain). Tatkala kita sudah tidak mampu beramal lagi, Allah masih mencatatkan pahala apabila tulisan kita masih menginspirasi orang lain untuk berbuat baik.


Baca selengkapnya >>

Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lombok Timur

Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lombok Timur
Pada masa penjajahan Belanda Pulau Lombok dan Bali dijadikan satu wilayah kekuasaan pemerintahan dengan status Karesidenan dengan ibukota Singaraja berdasarkan Staabtlad Nomor 123 Tahun 1882 kemudian berdasarkan Staatblad Nomor 181 tahun 1895 tanggal 31 Agustus 1895 Pulau Lombok ditetapkan sebagai daerah yang diperintah langsung oleh Hindia Belanda. Staatblad ini kemudian disempurnakan dengan Staatblad Nomor 185 Tahun 1895 dimana Lombok diberikan status “Afdeeling” dengan ibukota Ampenan. Dalam afdeeling ini Lombok dibagi menjadi dua Onder Afdeeling yaitu Onder Afdeeling Lombok Timur dengan ibukota Sisi’ (Labuhan Haji) dan Onder Afdeeling Lombok Barat dengan ibukota Mataram, masing-masing Onder Afdeeling diperintah oleh seorang Contreleur (Kontrolir).

Untuk Lombok Timur dibagi menjadi 7 wilayah kedistrikan yaitu Pringgabaya, Masbagik, Rarang, Kopang, Sakra, Praya dan Batukliang. Akibat pecahnya perang Gandor melawan Belanda tahun 1897 dibawah pimpinan Raden Wirasasih dan Mamiq Mustiasih maka pada tanggal 11 Maret 1898 ibukota Lombok Timur dipindahkan dari Sisi’ ke Selong. Selanjutnya dengan Staatblad Nomor 248 tahun 1898 diadakan perubahan kembali terhadap Afdeeling Lombok yang semula 2 menjadi 3 Onder Afdeeling yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Untuk Onder Afdeeling Lombok Timur terdiri dari 4 kedistrikan yaitu Rarang, Masbagik, Sakra dan Pringgabaya. Dalam perkembangan berikutnya dibagi lagi menjadi 5 distrik yaitu:
Rarang Barat dengan ibukota Sikur dipimpin oleh H. Kamaluddin
Rarang Timur dengan ibukota Selong dipimpin oleh Lalu Mesir
Masbagik dengan ibukota Masbagik dipimpin oleh H. Mustafa
Sakra dengan ibukota Sakra dipimpin oleh Mamiq Mustiarep
Pringgabaya dengan ibukota Pringgabaya dipimpin oleh L. Moersaid

Seiring dengan terbentuknya daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Barat dengan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1958 maka dibentuk pula 6 (enam) Daerah Tingkat II dalam lingkungan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 59 Tahun 1958. Secara yuridis formal maka daerah Swatantra Tingkat II Lombok Timur terbentuk pada tanggal 14 Agustus 1958 yaitu sejak di undangkannya Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958.

Pembentukan daerah Swatantra Tingkat II lombok Timur secara nyata dimulai dengan diangkatnya seorang Pejabat Sementara Kepala Daerah dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP.7/14/34/1958 tanggal 29 Oktober 1958 dan sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah ditetapkan Idris H.M. Djafar terhitung 1 Nopember 1958.

Setelah terbentuknya Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Timur maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 tahun PJS Kepala Daerah harus sudah membentuk Badan Legislatif (DPRD) yang akan memilih Kepala Daerah yang definitif. Dengan terbentuknya DPRD maka pada tanggal 29 Juli 1959 DPRD Lombok Timur berhasil memilih Anggota Dewan Pemerintah Daerah Peralihan yaitu Mamiq Djamilah, H.M. Yusi Muchsin Aminullah, Yakim, Abdul Hakim dan Ratmawa.

Dalam perkembangan berikutnya DPRD Daswati II Lombok Timur dengan keputusan Nomor 1/5/II/104/1960 tanggal 9 April 1960 mencalonkan dan mengusulkan L. Muslihin sebagai Kepala Daerah yang kemudian mendapat persetujuan pemerintah pusat dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP.7/12/41-1602 tanggal 2 Juli 1960. Dengan demikian L. Muslihin Bupati Kepala Daerah Lombok Timur yang pertama sebagai hasil pemilihan oleh DPRD Tingkat II Lombok Timur. Jabatan tersebut berakhir sampai 24 Nopember 1966.

Sejalan dengan pemerintahan di daerah maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTB tanggal 16 Mei 1965 Nomor 228/Pem.20/1/12 diadakan pemekaran dari 5 distrik menjadi 18 distrik (Kecamatan) yang membawahi 73 desa, yaitu Kecamatan Selong, Dasan Lekong, Tanjung, Suralaga, Rumbuk, Sakra, Keruak, Apitaik, Montong Betok, Sikur, Lendang Nangka, Kotaraja, Masbagik, Aikmel, Wanasaba, Pringgabaya, Sambelia dan Terara.

Dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor UP.14/8/37-1702 tanggal 24 Nopember 1966 masa jabatan L. Muslihin berakhir dan diganti oleh Rahadi Tjipto Wardoyo sebagai pejabat Bupati sampai dengan 15 Agustus 1967. Selanjutnya dengan SK Mendagri Nomor UP.9/2/15-1138 tanggal 15 Agustus 1967 diangkatlah R.Roesdi menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lombok Timur yang definitif. Pada masa pemerintahan R. Roesdi dibentuk alat-alat kelengkapan Pemerintah Daerah yaitu Badan Pemerintah Harian dengan anggota H.L.Moh. Imran, BA, Mustafa, Hasan, L. Fihir dan Moh. Amin.

Pada periode ini atas pertimbangan efisiensi dan rentang kendali pengawasan serta terbatasnya sarana dan prasarana maupun personil diadakanlah penyederhanaan kecamatan dari 18 menjadi 10 kecamatan yaitu Kecamatan Selong, Sukamulia, Sakra, Keruak, Terara, Sikur, Masbagik, Aikmel, Pringgabaya dan Sambelia.

Berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor Pemda/7/18/15-470 tanggal 10 Nopember 1973 masa jabatan R. Roesdi selaku Bupati KDH Tingkat II Lombok Timur diperpanjang. Kemudian dengan berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah, kedudukan Bupati dipertegas sebagai penguasa tunggal di daerah sekaligus sebagai administrator pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pada periode ini dibentuk Sekretariat Wilayah/Daerah sebagai pelaksana UU Nomor 5 tahun 1974. Pemerintah kecamatan pada masa ini masih tetap 10 kecamatan sedangkan desa berjumlah 96 dengan rincian desa swakarsa 91, swadaya 2 dan swasembada 3 desa. Jumlah dinas 6 buah yaitu Dinas Pertanian Rakyat, Perikanan, Perkebunan, Kesehatan, PU dan Dispenda sedangkan instansi vertikal 19 buah.

Perkembangan selanjutnya yaitu pada periode 1979-1988 Bupati KDH Tingkat II Lombok Timur dijabat oleh Saparwadi yang ditetapkan melalui SK Menteri Dalam Negeri Nomor Pem.7/4/31 tanggal 7 Februari 1979, jabatan ini dipangku selama 2 periode namun berakhir sebelum waktunya karena meninggal dunia 13 Maret 1987. Pada periode ini terjadi pergantian Sekwilda dari Moh. Amin kepada Drs. L. Djafar Suryadi. Oleh karena meninggalnya Saparwadi maka oleh Gubernur NTB Gatot Suherman menunjuk Sekwilda H. L. Djafar Surayadi sebagai Pelaksana Tugas Bupati Lombok Timur dengan SK Nomor 314 tahun 1987 tanggal 21 Desember 1987.

Kemudian dengan keputusan DPRD Nomor 033/SK.DPRD/6/1988, DPRD berhasil memilih calon Bupati Kepala Daerah yaitu Abdul Kadir dengan 36 suara, H.L.Ratmawa 5 suara dan Drs. H. Abdul Hakim 4 suara, dengan demikian maka Abdul Kadir berhak menduduki jabatan sebagai Bupati Lombok Timur sesuai SK Mendagri Nomor 131.62-556 tanggal 13 Juli 1988, jabatan ini berakhir sampai tahun 1993. Pada tahun 1989 terjadi pergantian Sekwilda dari Drs. Djafar Suryadi kepada Drs. H. L. Fikri yang dilantik 23 Nopember 1989.

Periode berikutnya tahun 1993-1998 Bupati Lombok Timur dijabat Moch. Sadir yang ditetapkan dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 131.61-608 tanggal 3 Juli 1993 dan dilantik 28 Juli 1993. Pada masa kepemimpinan nya dibangun Wisma Haji Selong, Taman Kota Selong, Pintu Gerbang Selamat Datang serta Kolam Renang Tirta Karya Rinjani. Pada periode ini H.L. Fikri selaku Sekwilda ditarik ke Propinsi untuk sementara menunggu Sekwilda yang definitif ditunjuklah Moch. Aminuddin,BA Ketua BAPPEDA saat itu sebagai Pelaksana Tugas Sekwilda sampai dengan dilantiknya H. Syahdan, SH.,SIP. sebagai Sekwilda definif berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 862.212.2-576 tanggal 8 Februari 1996.

Ditengah situasi negara yang sedang dilanda berbagai krisis dan berhembusnya era reformasi yang ditandai berhentinya Soeharto sebagai Presiden RI pada bulan Mei 1998, bulan Agustus 1998 DPRD Dati II Lotim berdasarkan hasil Pemilu 1997 megadakan pemilihan Bupati Lombok Timur masa bakti 1999-2003. Tiga calon Bupati saat itu adalah H. Moch. Ali Bin Dachlan, SH,Achman Muzahar, SH dan H. Syahdan, SH.,SIP. Dalam pemilihan itu H. Syahdan, SH.,SIP. terpilih sebagai Bupati dengan memperoleh suara 23, H. Moch. Ali Bin Dachlan, SH, meperoleh 21 suara sedangkan Achman Muzahar, SH tidak mendapat suara.

Pada kepemimpinan H. Syahdan, SH jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) dijabat oleh H. L. Kamaluddin, SH yang dilantik berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 862.212.2-2145 tanggal 26 Mei 1999. Sebagai dampak bergulirnya era reformasi pada tahun 1999 dilaksanakan pemilihan umum diseluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Lombok Timur yang diikuti banyak partai politik. Dari hasil Pemilu 1999 di Lombok Timur berhasil membentuk DPRD periode 1999-2004. Pada periode ini berlangsung suksesi kepemimpinan Bupati Lombok Timur. DPRD berhasil menetapkan 5 pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Pada pemilihan yang berlangsung sangat demokratis ini berhasil terpilih H. Moh. Ali Bin Dachlan sebagai Bupati Lombok Timur dan H. Rachmat Suhardi, SH sebagai Wakil Bupati Lombok Timur untuk masa bakti 2003-2008. Pasangan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah ini dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 131.62-462 Tahun 2003 dan Nomor: 132.62-463 Tahun 2003 tertanggal 27 Agustus 2003.

Tahun 2004 berlangsung pemilihan umum anggota DPR/DPD, DPRD I, DPRD II, termasuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk Kabupaten Lombok Timur berhasil terbentuk DPRD Periode 2004-2009 dan dilantik pada tanggal 5 Agustus 2004, sedangkan Pimpinan DPRD dilantik pada tanggal 18 Mei 2005 dengan Ketua H. M. Syamsul Luthfi, SE, Wakil Ketua TGH. Nasruddin dan H. Syamsuddin Gahtan. Pada tahun 2006 berlangsung pergantian jabatan Sekretaris Daerah dari H. L. Kamaluddin, SH kepada penggantinya L. Nirwan, SH.


Baca selengkapnya >>

Masa Depan Demokrasi Lokal (Lombok Timur)


WACANA pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh berbagai kalangan. Menguatnya wacana tersebut dibarengi dengan menghangatnya suhu politik di berbagai daerah. Ini merupakan perkembangan yang menarik dalam sejarah perpolitikan di negeri ini, mengingat pilkada secara langsung merupakan hal yang baru bagi sejarah politik di republik ini.

Di satu sisi, perubahan sistem politik ini patut kita sambut dengan penuh rasa optimisme, karena dengan mekanisme pemilihan secara langsung ini partisipasi politik rakyat menjadi sangat penting artinya dan akan betul-betul menjadi penentu proses demokratisasi baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.

Tapi di sisi lain, perkembangan baru ini harus benar-benar kita cermati secara kritis. Karena momentum ini merupakan momentum peletakan dasar bagi fondasi sistem politik dan demokrasi pada aras lokal.

Dilihat dari antusiasme masyarakat dalam mengapresiasi wacana pilkada secara langsung ini, menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Karena, hampir setiap elemen masyarakat menyambut positif pelaksanaan pemilihan secara langsung ini. Setidaknya ini menunjukkan tingkat kesiapan masyarakat dalam menyongsong pelaksanaan pilkada.

Akan tetapi antusiasme ini bukan merupakan jaminan terselenggaranya momentum politik daerah berjalan secara demokratis dan mencerminkan aspirasi masyarakat. Mengingat, dalam UU No 32 Tahun 2004 partai politik masih mempunyai peran sangat dominan karena mekanisme pencalonan kepala daerah hanya diatur melalui satu pintu, yakni partai politik. Akibatnya calon-calon independen yang mempunyai akseptabilitas dan kredibilitas tidak mempunyai peluang untuk maju.

Ketentuan ini menjadi salah satu titik krusial yang harus dicermati secara kritis. Karena, dominasi peran partai ini akan membuka peluang kemungkinan terjadinya ''politik dagang sapi'' di satu sisi dan suburnya money politics di sisi lain seperti yang terjadi selama ini. Disamping itu, kemungkinan partai akan sekehendak hati dalam merekrut dan menentukan calon tanpa melibatkan aspirasi dan partisipasi konstituennya serta masyarakat umum, juga sangat besar.

Jika hal ini terjadi maka bukan saja mencederai demokrasi, melainkan juga merupakan kemunduran bagi proses demokratisasi. Karena secara esensial sistem baru ini tidak ada bedanya dengan sistem politik di masa lalu, ibarat pameo ''lagu lama kaset baru''.

Padahal sasaran ideal dari produk UU ini adalah adanya partisipasi politik secara aktif dari rakyat dalam menentukan pejabat-pejabat publik di daerah. Sehingga kepala daerah yang terpilih benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat dan mempunyai legitimasi yang kuat karena mendapat dukungan secara langsung.

Proses Pembelajaran

Momentum pilkada secara langsung adalah merupakan proses pembelajaran politik masyarakat di daerah. Konteks pembelajaran politik ini meliputi beberapa hal.

Pertama, pilkada secara langsung menuntut kesiapan rakyat untuk bisa mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya, sehingga bentuk sikap politiknya merupakan cerminan dari kebutuhan yang ingin diwujudkannya. Dengan cara demikian maka kedaulatan rakyat akan betul-betul terwujud.

Kedua, rakyat mempunyai kedaulatan penuh untuk mendefinisikan pilihan politiknya terhadap figur calon yang ada. Dari situ mereka akan mempunyai kemandirian untuk menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya, sehingga kualitas partisipasinya dapat dipertanggungjawabkan. Kemandirian ini dengan sendirinya juga mengeliminasi adanya potensi-potensi mobilisasi yang dilakukan oleh partai-partai politik.

Ketiga, rakyat juga dituntut kedewasaan politiknya. Mereka harus siap secara mental untuk menerima perbedaan pilihan politik di antara mereka sendiri. Meskipun mereka telah membuktikan kedewasaannya dalam mengikuti pemilihan presiden secara langsung yang berjalan dengan tertib, aman, dan demokratis.

Namun yang perlu diingat, dalam pilkada secara langsung jarak emosi antara figur calon dan massa pemilihnya sangat dekat. Hal ini akan memicu lahirnya fanatisme yang sangat kuat terhadap masing-masing calon.

Selain itu, masyarakat juga merasakan kepentingannya secara riil pada aras lokal. Akibatnya kadar dan rasa kepemilikan (sense of belongingness) serta keterlibatannya terhadap agenda-agenda masing-masing calon sangat tinggi. Faktor-faktor tersebut dikhawatirkan dapat menjadi pemicu terjadinya konflik horizontal.

Kecenderungan munculnya tingkat fanatisme yang berlebihan terhadap salah satu calon sangat kuat, mengingat kultur paternalisme masih dominan dalam masyarakat. Kecenderungan ini bisa kita lihat dari sikap politik yang lebih mengedepankan figur daripada visi, misi, dan program yang ditawarkan.

Dalam pandangan Emmerson (2001), karakteristik sistem politik Indonesia masih didominasi oleh budaya paternalistik. Tandanya, disamping adanya hubungan negara-rakyat yang dikemas dalam hubungan kawula-gusti, juga hubungan antarelite yang disusun berdasarkan logika perkawanan yang kental.

Kenyataan tersebut disamping kontraproduktif dengan nilai-nilai demokrasi juga mereduksi sasaran ideal dari produk UU No 32 Tahun 2004, yakni adanya proses penguatan demokrasi di tingkat lokal, sehingga kesadaran politik masyarakat menjadi bias. Bias, karena mereka sudah tidak berdaya lagi untuk membedakan antara suara hati nurani dan politik perkawanan. Sedangkan keinginan ideal dari partisipasi politiknya adalah terwujudnya kemandirian sikap politik.

Dalam kondisi yang sedemikian rupa maka mereka akan kehilangan rasionalitasnya dalam menentukan pilihan. Pertimbangan rasional menjadi nihil dan tereduksi oleh munculnya faktor-faktor emosional. Solidaritas yang muncul dengan dasar pijakan kedekatan emosi biasanya akan mengubur kadar kritisisme di masing-masing individu.

Penguatan Demokrasi

Di tengah sistem dan kultur politik yang bersifat paternalistik, maka proses pilkada langsung tidak dapat menjadi jaminan bagi perubahan kualitas demokrasi.

Masa depan demokrasi di tingkat lokal boleh jadi tidak akan mengalami perubahan. Karena demokrasi disamping ditentukan oleh seberapa besar partisipasi masyarakat juga kualitas partisipasi itu sendiri dalam menentukan pejabat pemerintah baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.

Semakin besar dan baik kualitas partisipasi masyarakat, maka kelangsungan demokrasi akan semakin baik pula. Demikian juga sebaliknya, semakin kecil dan rendahnya kualitas partisipasi masyarakat maka semakin rendah kadar demokrasinya.

Kadar kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana tingkat otonomi dalam menentukan sikapnya. Apakah karena pengaruh mobilisasi partai politik semata, faktor primordialisme atau karena rasionalitas dan hati nurani?

Kalau keberpihakan politiknya lahir dari pertimbangan-pertimbangan yang rasional, maka merupakan pertanda yang positif bagi perkembangan dan format demokrasi ke depan. Tetapi jika pilihan politik mereka karena pengaruh mobilisasi semata, masa depan demokrasi patut dipertanyakan.

Format demokrasi pada aras lokal meniscayakan adanya derajat kualitas partisipasi masyarakat yang baik. Keterlibatan mereka dalam momentum pilkada langsung menjadi landasan dasar bagi bangunan demokrasi. Bangunan demokrasi tidak akan kokoh manakala kualitas partisipasi masyarakat diabaikan. Karena itu, proses demokratisasi yang sejatinya menegakkan kedaulatan rakyat menjadi semu dan hanya menjadi ajang rekayasa bagi mesin-mesin politik tertentu.

Hukum demokrasi selalu menempatkan partisipasi masyarakat dalam posisi yang terdepan dan signifikan. Karenanya, antara masyarakat dan demokrasi terdapat makna yang komplementer dan simultan sekaligus, yakni agar bisa berjalan dengan baik maka demokrasi menuntut konsekuensi logis adanya partisipasi aktif dari masyarakat.

Penguatan demokrasi lokal tidak akan tercipta manakala masyarakat hanya dijadikan objek politik dan konstituen yang pasif. Hal ini perlu ditegaskan guna menegakkan makna demokrasi itu sendiri. Dengan cara ini demokrasi akan lebih cepat meresap ke bawah dan dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat yang secara formal berada pada hierarkhi sistem politik yang paling rendah.

Selain itu juga akan mengikis demokrasi yang bersifat elitis dan menumbuhkan demokrasi yang berjalan secara egaliter, sehingga proses demokratisasi akan lebih mengakar dan terlembagakan secara horizontal di tengah masyarakat.




Baca selengkapnya >>

Kamis, 05 Juni 2008

SANGGAR PERISAI LOMBOK TIMUR

Sanggar Perisai Lombok Timur adalah salah satu Devartemen kegiatan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cab.Lombok Timur yang bergerak dalam bidang seni dan budaya yang merupakan wadah penyaluran bakat dan minat serta kreativitas kader yang peduli terhadap seni.
Berangkat dari hal tersebut, maka Sanggar Perisai berupaya agar tetap eksis dengan mengadakan program-program yang mengarah pada eksistensi sebagai wadah seni dan budaya. Satu hal yang membanggakan adalah sampai saat ini kesempatan untuk merealisasikan program-program tersebut masih berjalan walaupun tidak terlepas dari kekuranggan-kekurangan.

Sebagai wujud eksistensi Sanggar Perisai dengan akan diadakannya Pentas Teater Keliling se-Pulau Lombok guna mewadahi personal-personal yang profesional serta berkompetensi dalam bidang seni dan budaya artinya adalah kesempatan untuk menemukan person-person yang berbakat sehingga tersalurlah bakat-bakat alami, kami beranggapan bahwa seni adalah hidayah yang selalu untuk dijaga kelestariannya.
Selain itu kerja seni adalah kerja kolektif yang selalu bergerak dan berkembang pada proporsi seni yang utuh dan membuat keragaman menjadi tidak carut marut, sehingga keragaman itu menjadi suatu yang niscaya dan inspirasi yang tak terhingga , kalau Willliam Shakespeare mampu menggetarkan Ratu Elizabeth dengan seni serta Pablo Ficasso dengan lukisannnya dapat menjadi rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi maka betapa besar pengaruh seni terhadap kehidupan dan pola pikir masyarakat sehingga kenapa tidak “ teater “ sebagai salah satu bentuk seni mampu hadir sebagai tonggk hidup masyarakat madani dalam suatu bangsa.
Sehingga menjadi hal wajib bagi penggawa seni untuk terus Show on Stage untuk melakukan pertujukan yang menusuk terhadap audience,
Lewat Pentas teater keliling inilah sanggar Perisai Lombok Timur akan mempersembahkan suatu kondisi apa adanya,lewat cermin yang menampilkan kepolosan, dan sebagai bentuk keberadaan lembaga seni di kabupaten lombok Timur.


Manfaat Kegiatan


1. Membentuk insan yang peduli terhadap kesenian dan budaya terutama teater
2. Menumbuhkan kembangkan kreativitas berkesenian terutama kesenian lokal
3. Menjadi harga tawar bagi lombok timur dengan adanya pentas teater keliling se-pulau lombok untuk kabupaten lainnya, dan pecinta seni


Sasaran dan Tujuan
Sasaran :
1. Seniman sebagai pengamat seni
2. Budayawan, cendikiawan, dan kau intelektual sebagai kritikus seni.
Tujuan :
1. Optimalisasi kreativitas berkesenian
2. Menumbuh kembangkan daya cipta seni
3. Mewujudkan intelektualitas dan profesionalisme berkesenian




Baca selengkapnya >>

Rabu, 04 Juni 2008

HUTAN INDONESIA SEMAKIN SEMPIT

Penyempitan kawasan hutan Indonesia terus terjadi seiring pengembangan area perkebunan, pertambangan dan pemekaran wilayah. Terbitnya PP 2/2008 adalah bukti ketidakseriusan pemerintah dalam menjaga kawasan hutan Indonesia.

Kondisi hutan Indonesia semakin parah. Telah terjadi konversi hutan secara besar-besaran di berbagai daerah. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencatat, kini hanya 32 juta hektare (ha) hutan berada dalam kondisi baik dari total 109 juta ha kawasan hutan Indonesia. Sisanya, 77 juta ha tengah dalam kondisi kritis. Seiring dengan terjadinya konversi jutaan ha kawasan hutan, jelas akan mengancam lingkungan dan ketersediaan air.


Menyempitnya kawasan hutan tidak membuat proses alih fungsi semakin berkurang. Hampir semua daerah di Indonesia hanya memiliki sedikit saja hutan yang produktif. Misalnya, dari 12,6 juta ha luas daratan pulau Jawa, ia hanya memiliki 3,4 juta kawasan hutan. Sementara hanya 300 ribu ha hutan saja masuk dalam kategori baik.

Data Greenomics Indonesia tahun 2006-2008 menunjukkan, betapa hutan terus mengalami penyempitan baik dilakukan secara legal maupun illegal. Di provinsi Sumatera Utara terdapat sekitar 40 kasus perambahan kawasan hutan untuk perkebunan dan budi daya pertanian lainnya yang mencapai 195.000 ha. Di Provinsi Riau, sekita 143.000 ha telah berubah fungsi menjadi areal perkebunan dan budi daya pertanian lahan kering secara ilegal. Di Provinsi Aceh, 160.000 ha hutan lindung berubah menjadi areal perkebunan, lahan pertanian, semak belukar dan tanah terbuka.

Di Provinsi Kalimantan Barat, sedikitnya 286.000 ha hutan lindung telah berubah fungsi menjadi areal pertanian. Sementara di Provinsi Kalimantan Tengah, kawasan hutan lindung dan hutan produksi telah dialihfungsikan secara ilegal menjadi areal perkebunan seluas 225.000 ha.

Janji pemerintah untuk mengurangi proses konversi tidak terbukti. Hadirnya PP 2/2008 telah membuka peluang besar bagi semakin maraknya praktek alih fungsi kawasan. Saat ini, telah lahir lebih dari 500 perijinan kawasan alih fungsi seperti dijadikan lahan pertambangan, perkebunan dan pembangunan infrasruktur pemerintah.

Menurut direktur Walhi, Berry Nahdian Furqan, terbitnya PP 2/2008 tersebut menunjukkan inkonsistensi pemerintah. Padahal Presiden telah berkomitmen mengurangi laju pemanasan global dengan menyelamatkan hutan alam Indonesia yang tersisa.

Barangkali karena hutan bukanah dianggap sebagai penyumbang devisa besar bagi negara, sehingga pemerintah lebih hoby membangun gedung dan lahan pertambangan. Akibatnya, masyarakat menjadi kehilangan kemandirian. Inilah selanjutnya menjadikan proses pemiskinan masal. Sebaliknya, konversi hutan hanya menjadi kepentingan bagi segelintir orang. Di sisi lain akan berpeluang terjadinya korupsi yang lebih luas.

Sungguh alih fungsi hutan sangat tidak memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal. Karena keberadaan kawasan hutan dan persawahan berkonstribusi besar terhadap hajat hidup manusia. ”Tidak heran jika terjadi kelangkaan pangan akibat penyempitan lahan persawahan. Juga, terjadi kelangkaan air karena berkurangnya hutan sebagai sumber air,” kata Berry Nahdian Furqan yang didampingi rekan kerjanya, Fadli, saat ditemui di kantornya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Pemekaran Wilayah

Konsekwensi dari pemekaran wilayah adalah penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan. Hal ini tentunya membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Dan tak jarang, kawasan hutan menjadi pilihan alternatif yang akhirnya, lagi-lagi terjadi konversi hutan.

Lebih dari itu, pemekaran wilayah tidak hanya membutuhkan lahan untuk pembangunan wilayah administratif. Tetapi akan berkembang kepada kebutuhan-kebutuhan lahan untuk pembangunan infrastruktur lainnya seperti pasar, sekolah, bahkan perkebunan dan pertambangan sebagai income daerah.

Oleh karena itu, semestinya pemerintah harus melakukan kajian mendalam sebelum memutuskan untuk melakukan pemekaran. Pemerintah harus mempertimbangkan ekosistem disekitarnya. ”Konversi kawasan hutan untuk sarana pemerintahan dapat dilakukan jika pemerintah telah tuntas dalam perencanaan di sektor ekologis dan jaminan pelayanan kepada masyarakat” terang Berry Nahdian Furqan.

Berry menambahkan, pemerintah juga harus membuat desain tata ruang wilayah yang tidak mengganggu kehidupan sosial masyarakat. Tetapi seringkali pembangunan wilayah tidak mengindahkan desain tata ruang wilayah yang telah dibuat berdasarkan hasil kajian itu. Tata ruang hanya dijadikan pajangan.




Baca selengkapnya >>